Beberapa Kesalahan Seputar Mimpi

Pembahasan tentang mimpi termasuk pembahasan penting dalam syari’at Islam,akan tetapi banyak kaum muslimin apalagi orang awam yang terjatuh dalam keasalahan dalam masalah ini,dan secara umum manusia terbagi menjadi menjadi tiga bagian dalam masalah ini ada yang berlebihan sampai menganggap mimpi sama hampir sama kedudukannya dengan al-Qur’an,ada juga yang memukul  rata menganggap seluruh mimpi hanya sebatas bunga tidur yang tidak berarti sama sekali,golongan ketiga yang menilai dan memandang mimpi dengan kaca mata syari’ah dan inilah yang benar,berikut kami ketengahkan sebagian di antara kekeliruan yang tersebar dalam masalah mimpi,saya ringkas dari kitab”Akhta’ul Anam Haula Ru’a wal Ahlam” yang ditulis oleh Ahmad bin Abdullah an-Nashir di taqdim oleh Syaikh Abdul Aziz as-Sadhan cetakan Dar Atlas al-Khadra’.

1.     Ketidak tahuan sebagian kaum muslimin tentang adab mimpi
   Kejahilan tentang adab mimpi terkadang menyebabkan seseorang terajatuh dalam kesedihan,kegundahan yang begitu berat,sebagian sahabat bahkan ada yang sakit disebabkan kesedihan akibat mimpinya,adapula yang melihat mimpi yang dia lihat laksana sebuah gunung yang suatu saat bisa menimpanya,akan tetapi ketika mereka mengamalkan serta memperhatikan adab-adab mimpi yang dijelaskan di dalam syari’at Islam merekapun seolah-olah menjadi tidak peduli dengan mimpi yang dahulu membuat mereka sedih,maka sebagai seorang muslim sejati hendaknya kita mempelajari tentang bagaimana sebenarnya adab mimpi itu.
Dia antara adab mimpi ketika seorang melihat mimpi yang baik dalam tidurnya adalah:
a)      Memuji Allah dan mengharapkan kebaikan dengan mimpi yang dia lihat itu.
b)      Menceritakan mimpinya itu kepada orang yang dia cintai.
c)       Jangan sekali-kali menceritakan mimpinya itu kepada orang yang hasad serta tidak tahu tentang ta’wil mimpi.
Adapun adab ketika melihat mimpi yang jelek adalah:
a)      Meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan syaitan dan kejelekan mimpi yang dia lihat itu.
b)      Meludah sebanyak tiga kali ke arah kiri.
c)       Jangan sekali-kali dia menceritakan mimpi jeleknya itu.
d)      Mengubah posisi tidur.
e)      Sebaiknya dia bangun lalu berwudhu’ dan melakukan shalat[1].
2.     Kejahilan tentang macam-macam mimpi dan ketidakmampuan untuk membedakan anatara jenis-jenis mimpi itu.
   Tidak semua yang dilihat oleh seseorang dalam mimpinya termasuk dalam mimpi yang baik dan benar,Rasulullah telah menjeleskan tentang macam-macam mimpi maka jangan sampai kita mencampur-adukkannya,Rasulullah bersabda:

...الرؤيا ثلاثة:فرؤيا صالحة من الله,ورؤيا تحزين من الشيطان,ورؤيا مما يحدث المرء نفسه..

…Mimpi itu terbagi menjadi tiga:mimpi yang baik yang berasal dari Allah,mimpi yang hanya usaha ayaithan untuk membuat sedih (manusia),mimpi yang hanya berupa fikiran yang terbawa-bawa kedalam tidur”[2].
   Diantara perbedaan antara mimpi yang bersal dari syaithan dengan mimpi yang baik bahwasanya mimpi dari syaithan biasanya terlihat berupa kejadian yang mustahil,seperti yang terjadi pada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah menceritakan mimpinya seraya berkata: saya bermimpi kepala saya terpotong lalu menggelinding dan saya mengejarnya,lalu Rasulullah bersabda: mengapa ada seseorang yang menceritakan bagaiman syaithan mempermainkannya di dalam mimpinya[3].
Adapun mimpi yang baik maka baisanya kejadiannya beraturan dan tidak mustahil,juga biasanya apabila orang yang mimpi itu dalam keadaan suci (berwudhu),membaca do’a tidur.
3.     Berdalil dalam menta’wil mimpi dengan kitab-kitab yang berbicara tentang ta’wil mimpi
   Kitab-kitab tentang ta’wil mimpi bisa dimanfa’atkan untuk mengetahui cara menafsirkan mimpi,adapun menafsirkan mimpi sesuai dengan yang ada di dalamnya maka kita tidak meragukan bahwasanya ini adalah sebuah kesalahan,karena satu mimpi yang sama yang dilihat oleh dua orang yang berbeda ta’wilnya berbeda sesuai dengan keadaan serta kondisi orang yang mengalami mimpi itu.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya tentang kitab-kitab tafsir mimpi yang beredar menjawab:saya tidak menganjurkan untuk memiliki kitab-kitab semacam itu dan membaca isinya,karena kitab-kitab itu bukan wahyu yang diturunkan dari langit,isi dari kitab-kitab itu hanya sebatas pendapat yang terkadang benar dan terkadang salah,apalagi terkadang mimpi yang dilihat oleh dua orang itu sama akan tetapi ta’wil dan tafsirnya berbeda karena perbedaan kondisi,tempat serta waktu terjadinya mimpi itu[4].
Dalam Kitab ar-Ru’ya (hlm.169) Syaikh Hamud atTuwaijiri berkata[5]:banyak kitab yang disusun tentang tafsir dan ta’wil mimpi,dan tidak ada fa’idah yang besar dengan menyibukkan diri menela’ah kitab-kitab itu,karena menela’ahnya bisa menyebabkan fikiran terganggu bahkan bisa menimbulkan kecemasan,kesedihan ketika seorang bermimpi lalu melihat ta’wilnya dalam kita-kitab itu,seandainya apa yang disebutkan dalam kitab-kitab tersebut benar adanya maka penakwil mimpi akan menjamur disetiap waktu dan zaman,padahal kita mengetaui melalui penelitian bahwa penakwil mimpi selalu sedikit baik dari kalangan ulama apalagi dari kalangan awam.
4.     Meremehkan perbuatan atau adab-adab yang mempunyai pengaruh dalam benarnya mimpi seseorang
   Banyak orang yang ingin mendapatkan mimpi yang baik dan benar akan tetapi dia lalai untuk memperhatikan hal-hal yang mempunyai pengaruh untuk mendapatkan keinginannya itu.
Dianatara hal-hal yang berpengaruh terhadap benar atau tidaknya mimpi seseorang adalah:
*      Selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan,Rasulullah bersabda:

أصدقكم رؤيا أصدقكم حديثا

“orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur perkataannya”[6].
*      Memperhatikan adab tidur,seperti berwudh’u sebelum tidur,tidur diatas lambung kanan,membaca ayat Kursi,surat an-Nas dan al-Falaq dan dzikir-dzikir yang lain,Ibnul Qoyyim berkata:barangsiapa yang ingin supaya mimpinya benar hendaknya dia selalu berkata jujur,makan makanan yang halal,selalu menjalankan perintah dan meninggalkan larangan,hendaknya dia tidur dalam keadaan suci,menghadap ke kiblat,senantiasa berzkir sampai dia tertidur,jika dia melakukan hal itu maka mimpinya tidak akan pernah dusta sama sekali[7].
5.     Persangkaan sebagian orang bahwasanya mimpi yang benar itu hanya mimpi yang terjadi pada waktu sepertiga malam(waktu sahur)
   Yang benar bahwasanya mimpi yang benar tidak hanya mimpi yang terjadi pada waktu sahur saja,akan tetapi mimpi yang benar bisa saja terlihat pada siang atau malam hari walupun memang biasanya mimpi pada waktu sahur biasanya benar,adapun hadits yang menyatakan bahwa mimpi yang paling benar yang datang pada waktu sahur,dikatakan oleh al-Albany dalam al-Misykat (II/1304) sanadnya dha’if[8].
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Ibnu Aun dari Ibnu Sirin dia berkata:mimpi di siang hari seperti mimpi pada malam hari,beliau membuat bab dalam Shahihnya “Bab ar-Ru’ya Bin Nahar” kemudian beliau menyebutkan hadits no.7001 berkaitan tentang terjadinya mimpi yang benar pada siang hari.
6.     Keyakinan bahwasanya ta’wil mimpi hanya akan terjadi kepada orang yang bermimpi itu sendiri
   Yang benar bahwasanya terkadang seseorang itu melihat mimpi akan tetapi ta’wilnya terkadang terjadi kepada anak,kelaurga maupun temannya,sebagaimana Rasulullah pernah bermimpi bahwa Abu Jahl membai’at ternyata hal itu mengisyartkan akan keislaman anaknya yaitu Ikrimah,ketika Ikrimah datang mengumumkan keislamannya Rasulullah bersabda:ini dia yang (ta’wil) mimpi yang aku lihat.
Begitu juga Usaid bermimpi menjadi gubernur Makkah,setelah beberapa waktu ternyata itu isyarat akan kepemimpinan anaknya Attab bin Usaid atas kota Makkah[9].
7.     Mengambil hukum dari mimpi
   Ada perbedaan mendasar antara mimpi para nabi dengan mimpi manusia biasa,mimpi para nabi adalah murni wahyu dari Allah,dan itu adalah kebenaran adapun manusia biasa maka sebagaimana perkataan Imam Syatibi:mimpi manusia biasa tidak bisa dijadikan sandaran hukum syara’,mimpi itu harus ditimbang dengan hukum-hukum syari’at (al-Qur’an dan Sunnah) apa bila sesuai dengan syari’at maka bisa diamalkan,jika tidak maka wajib kita tinggalkan dan membuangnya jauh-jauh,karena fa’idah mimpi hanya sebatang pemberi kabar gembira dan peringatan dari bahaya saja,adapun pengambilan hukum maka tidak bisa[10].





[1] Lihat Fathul Bari (XII/459).
[2] HR.Bukhari (XII/404)disertai Fathul Bari,Muslim (XV/20,21)disertai Syarah Nawawi.
[3] HR.Muslim (XV/39).          
[4] Fatawa Nurun Ald Darbi (II/483-484) Syaikh Masyhur as-Salman menyebutkan bahwa kitab Ta’bir Ru’ya yang dinisbatkan kepada Ibnu Sirin itu adalah tidak benar (lihat:Kutub Hadzzara Minhal Ulama II/275).
[5] Disertai penyesuaian.
[6] HR.Muslim (2263).
[7] Madarijus Salikin (I/63).
[8] Lihat juga ad-Dha’ifah (no.1732).
[9] Syarhus Sunnah (VI/304).
[10] Al-I’tisham (II/78) tahqiq Syaikh Masyhur al-Salman.

1 Response to "Beberapa Kesalahan Seputar Mimpi"

Anonim mengatakan...

wah mimpi kali yeee!!!!

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.