Kata Para Ulama Tentang Imam Gozali dan Ihya' Ulumud Din

ihaya ulumud din
Ibnul Jawzy
“Dia (Imam al-Gozaly) mulai menyusun kitab Ihya’ Ulumid Din di al-Quds (Palestina), lalu berhasil menyelesaikannya di Damaskus, akan tetapi sayang sekali dia menyusun kitab itu di atas madzhab sufi, meninggalkan Ushul Fiqh, sebagai contoh dalam kitab itu dia menyebutkan tentang cara menhilangkan rasa sombong dan cara melawan hawa nafsu:”Bahwa ada seseorang yang ingin berjihad menundukkan hawa nafsunya, lalu dia masuk ke sebuah hammam, kemudian mencuri pakaian orang lain lalu memakainya, dan memakai pakaian miliknya di atas pakaian yang ia curi itu, lantas dia keluar sambil berjalan dengan pelan supaya orang bisa mengejarnya, maka orang-orang mengejar dan merebut pakaian yang ia curi itu, semenjak itu dia dipanggil pencuri hammam”, meyebutkan kisah seperti ini dengan tujuan mengajarkan orang-orang adalah sangat jelek, karena fiqih menghukumi jelek akan perbuatan seperti ini…”
Ibnul Jawzy juga berkata:”…Dia juga menyebutkan tentang seseorang yang malu untuk membawa daging yang dibelinya, lalu untuk menghancurkan rasa malu itu, dia mengalungkan daging yang dibelinya itu di lehernya kemudian dia berjalan santai. Ini adalah sangat jelek, dan hal-hal yang sejenis dengan ini sangat banyak, dan bukan di sini tempat menjelaskannya dengan panjang lebar”.Dan aku telah mengumpulkan kekeliruan-kekeliruannya dalam sebuah kitab yang saya namakan “I’lamul Ahya’ Bi Aghlathil Ihya’”, saya juga mengisyaratkan tentang kekeliruan-kekeliruan itu dalam kitab saya “Talbis Iblis” sebagai contoh lagi tentang apa yang dia sebut dalam kitab nikah bahwa A’isyah berkata kepada Nabi:” O…Jadi engkau yang menyangka diri kamu nabi”[1], dan ini sungguh mustahil”…..Dia menyebutkan dalam al-Ihya’ hadits-hadits maudu’ serta hadits-hadits yang tidak shahih banyak sekali, hal ini disebabkan sedikitnya pengetahuannya akan ilmu hadits, aduhai…seandainya dia menimbang hadits-hadits itu dengan menanyakannya kepada orang yang tahu”[2].
 At-Turtusyi
Beliau berkata dalam surat yang beliau kirim kepada Ibnu Muzaffar tentang al-Ghozaly:”Telah terkumpul pada dirinya kecerdasan dan kefahaman, bergelut dengan ilmu sepanjang umurnya, dia melebihi para ulama yang sezaman dengannya, akan tetapi kemudian dia melenceng dari jalan para ulama, dia menempuh jalan sufi dan meninggalkan ilmu dan para ulama, dia lalu masuk dan mengambil ilmu dari bisikan-bisikan, bisikan-bisikan hati, bisikan-bisikan syaithan, lantas mencampurnya dengan perkataan-perkataan ahli filsafat dan ajaran-ajaran al-Hallaj, kemudian diapun mulai melecehkan para ahli fikih dan ahli kalam, hampir saja dia keluar secara total dari agama ini, kemudian ketika dia menyusun kitab al-Ihya’, diapun mulai berbicara tentang ilmu keadaan-keadaan, bisikan-bisikan sufi, padahal dia tidak terlalu tahu tentangnya, tidak berpengalaman akan madzhab sufi, lalu diapun terjerembab dan memenuhi kitabnya itu dengan hadits-hadits maudu”[3].
Ibnu Sholah
Beliau berkata:”Di dalam kitab-kitab al-Ghozaly terdapat hal-hal yang tidak disetujui oleh teman semazhabnya berupa perkataan-perkataan aneh, di antaranya apa yang dia katakan tentang Ilmu Mantiq, ia adalah muqaddimah segala ilmu, barangsiapa yang tidak menguasainya maka ilmunya tidak bisa dipercaya..perkataannya ini salah, karena setiap orang yang akalnya sehat dia secara alami menguasai mantiq, betapa banyak para ulama besar yang sama sekali tidak mau bergelut dengan mantiq”[4].
Ibnu Taimiyah
Beliau berkata:”Di dalam al-Ihya’ ada perkara-perkara yang tercela dan jelek, berupa perkataan-perkataan tokoh filsafat yang berkaitan dengan tauhid dan kenabian serta hari akhir, apabila dia berbicara tentang sufi maka seolah-olah dia laksana musuh kaum muslimin”.
Ibnu Taimiyah menambahkan lagi bahwa banyak ulama yang mengingkari Abu Hamid al-Ghozaly dan apa yang dia tulis pada kitab-kitabnya, mereka mengatakan: Dia dijangkiti penyakit oleh as-Syifa, maksudnya kitab Ibnu Sina “as-Syifa” tentang Filsafat”.
Ibnu Taimiyah menambahkan:”Dalam kitab al-Ihya’ terdapat hadits-hadits maudu’ dan dha’if yang banyak”[5].
Az-Dzahaby
Beliau berkata:”Adapun al-Ihya’ maka di dalamnya terdapat hadits-hadits yang batil…tahukah anda apa itu ilmu yang bermanfaat? Ia adalah apa yang dibawa oleh al-Qur’an dan ditafsirkan oleh Rasulullah dengan perbuatan dan perkataan dan tidak dilarang oleh beliau, Nabi bersabda”Barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan dari golonganku”, maka wahai saudaraku…!!! Hendaknya anda menyibukkan diri dengan mentadabburi al-Qur’an, menela’ah Shahih Bukhari dan Muslim, Riadhus Shalihin, dan al-Adzkar milik Imam an-Nawawy, jauhilah perkataan-perkataan para pengekor-pengekor tokoh-tokoh Filsafat, ajaran-ajaran sufi, kebaikan hanya ada pada mengikuti ajaran Nabi-shallallohu alaihi wasallam-, ya Allah tunjukilah kami jalanmu yang lurus”[6].
Al-Maaziry
Beliau mengatakan:”Maka pantaslah bagi anda untuk tidak mempercayai apa yang dia kutip dalam kitab al-Ihya’ dan berhati-hati dengan apa yang diriwayatkannya selama itu tidak dinyatakan keshahihannya, barangsiapa yang tidak mumpuni dalam ilmu syar’I yang dengannya dia bisa melindungi diri dari ketergelinciran kitab ini (Ihya’ Ulumid Din) maka membacanya adalah tidak dibolehkan walaupun didalamnya ada manfaat”[7].


[1] Tentang perkataan al-Gozaly ini lihat al-Ihya’ 2/34.
[2] Al-Muntadzam fi Tarikil Muluk wal Umam 9/168-169.
[3] Thobaqot s-Subky 4/124, Siar A’lamin Nubala’ 19/339.
[4] Siratul Ghozaly oleh Abdul Karim Utsman hlm.72.
[5] Dar’u Ta’arudil Aql wan Naql 6/210.
[6] Siar A’lamin Nubala’ 19/340-342.
[7] Syarh al-Aqidah al-Ashfahaniyyah hlm.134.

0 Response to "Kata Para Ulama Tentang Imam Gozali dan Ihya' Ulumud Din"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.