Dalam masalah ini para ulama
salaf berbeda pendapat, setiap pendapat berdalil dengan dalil-dalil yang cukup kuat.
Pendapat pertama:Disunnahkan
mencukur habis kumis, inilah pendapat yang dipegang oleh para ulama mazhab imam
Hanafi dan Imam Ahmad, mereka berdalil dengan zahir lafadz hadits-hadits
tentang perintah mencukur habis kumis, di antaranya sabda
Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-:
أحفوا الشوارب...
“Cukur habislah
kumis…”[1].
أنهكوا الشوارب...
“Potonglah kumis…”[2].
جزوا الشوارب...
“Pangkaslah kumis…”[3].
Imam at-Thahawy al-Hanafy
berkata:”Mencukur habis kumis lebih afdhal dari pada hanya mencukur tipis, dan
inilah pendapat yang dipegang oleh Abu Hanifah, Muhammad dan Abu
Yusuf-rahimahumullah-“[4].
Pendapat kedua:Disunnahkan
memotong tipis kumis, adapun mencukur habis maka perbuatan ini adalah makruh,
inilah pendapat yang dipegang oleh para ulama dari kalangan syafi’iyyah dan
malikiyyah, bahkan Imam Malik sangat tegas dalam masalah ini.
Dalil-dalil pendapat ini:
Ø Dari Abu Hurairah dia berkata: Aku pernah mendengar
Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:
الفطرة خمس: الختان , والاستحداد , وقص الشارب, وتقليم الأظفار, ونتف
الآباط
“Fithrah itu ada lima: Khitan,Istihdad (memotong bulu kemaluan),
memotong tipis kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak”[5].
Ø
Dari al-Mughirah bin
Syu’bah dia berkata:”Kumis saya sangat panjang lalu Nabi-shallallahu alaihi
wasallam-memotongkan tipis kumis saya itu lalu saya beri beliau siwak”[6].
Dari Abdul Aziz bin Abdullah al-Uaisy
dia berkata:Disebutkan didekat Imam Malik tentang perilaku sebagian orang yang
mencukur habis kumisnya maka beliau mengatakan:”Orang yang melakukan hal ini
pantas dipukul, karena hadits Nabi tidak memeritahkan mencukur habis kumis,
akan tetapi mencukur tipis supaya kedua sisi bibir bagian atas serta mulut
kelihatan”[7].
Abul Walid al-Baaji berkata:”Ibnu
Abdil Hakam meriwayatkan dari Imam Malik, beliau berkata:yang dimaksud memotong
kumis bukan mencukur habis, saya berpendapat supaya orang yang mencukur habis
kumisnya dihukum, Asyhab meriwayatkan bahwa Imam Malik memandang mencukur habis
kumis termasuk bid’ah”[8].
Imam Malik berkata lagi:”Telah
diriwayatkan dari Umar bin Khattab apabila beliau menghadapi perkara yang
genting beliau memelintir kumis beliau, jika sendainya kumis beliau dicukur
habis maka tidak akan ada yang beliau pelintir”[9].
Ar-Ramly berkata:”Makruh mencukur
habis kumis”[10].
Pendapat yang Rajih
Pendapat yang lebih kuat adalah
pendapat yang kedua dengan alasan sebagai berikut:
Ø
Imam al-Baihaqy
meriwayatkan dari Syurahbil bin Muslim al-Khaulany,dia berkata:”Aku melihat
lima dari para sahabat Nabi mencukur tipis kumis mereka dan memanjangkan
jenggot serta memberinya warna kuning yaitu:Abu Umamah al-Bahily, Abdullah bin
Busr, Utbah bin Abd as-Salmy, al-Hajjaj bin Amir ats-Tsumaly, al-Miqdam bin
Ma’dikarib, mereka semua memotong tipis kumis mereka sampai tepi mulut nampak”[11].
Ø
Yang dimaksud ahfu
dan anhiku dalam sabda Rasulullah:
أحفوا الشوارب...
أنهكوا الشوارب...
Memangkas
kumis yang menutupi bibir atas bukan mencukur habis kumis, dalilnya adalah
riwayat lain yang datang dengan redaksi qasshus syawarib (pendekkan
kumis)-sebagaimana dalam riwayat al-Fithrah ada lima yang sudah
kami bawakan di atas-.
Abul Waliid
al-Baaji mengatakan:Ibnul Qasim meriwayatkan dari Imam Malik:”Tafsiran yang
benar terhadap sabda Nabi mengenai mencukur kumis adalah menampakkan al-Ithar,al-Ithar
adalah sisi-sisi bibir yang mengelilinginya”[12].
Imam an-Nawawy berkata:”Riwayat-riwayat ini (maksud beliau riwayat ahfus
syawarib dan anhikus syawarib) maknanya adalah memotong kumis yang
menutupi pinggir bibir, bukan mencukur kumis sampai pangkalnya”[13].
Ø
Kata ahfu dan anhiku
dalam bahasa Arab tidak diartikan menghilangkan sesuatu secara keseluruhan,
akan tetapi menghilangkan sebagian saja, Abul Waliid al-Baaji berkata:”Inhak
tidak berarti menghilangkan sesuatu secara keseluruhan, akan tetapi maknya
adalah mengilangkan sebagian saja, penyusun kitab al-Af’al berkata:”anhakathul
humma aiy atstsarat fiih (dia di-inhak oleh demam artinya demam itu
berpengaruh pada dirinya)”[14].
Fatwa Ulama Kontemporer Dalam
Masalah Ini
Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin berkata:”Yang lebih afdhal adalah memotong tipis kumis, sebagaimana
dalam hadits…adapun mencukur habis maka ini tidak sesuai sunnah, adapun
pengkiasan menggunduli kumis dengan disyari’atkannya menggundul rambut ketika
haji maka ini adalah qiyas yang menentang nash hadits, qiyas yang seperti ini
tidak bisa diterima, oleh karena itu Imam Malik berkata tentang menggunduli
kumis:perbuatan ini adalah bid’ah yang mulai muncul pada orang-orang, maka
tidak boleh berpaling dari as-Sunnah karena pada mengikuti as-Sunnah itu
terdapat kebahagiaan dan kesuksesan serta keberuntungan”[15].
Kesimpulan
Masalah ini merupakan masalah
khilafiyyah yang tidak boleh yang satu mencerca yang lainnya, mana yang hati
kita tenang menerimanya maka itu yang kita amalkan, bahkan sebagian ulama
memperbolehkan memilih satu di antara keduanya-yaitu mencukur habis atau
mencukur tipis[16]-walaupun
menurut hemat penulis pendapat kedua jauh lebih selamat disamping karena kekuatan
dalil juga karena dengan memegang pendapat ini kita akan keluar dari khilaf,Allohu
A’lam.
[1]
HR.Bukhari no.5892, Muslim no.259.
[2]
HR.Bukhari no.5893.
[3]
HR.Muslim no.260.
[4]
Syarh Ma’anil Aatsar 4/230.
[5]
HR.Bukhari no.5891, Muslim no.257.
[6]
HR.Abu Dawud dishahihkan al-Albany dalam Shahih Abu Dawud no.188.
[7] As-Sunan
al Qubra oleh al-Baihaqy 1/151.
[8]
Al-Muntaqa Syarhul Muwatta’ 7/266.
[9]
At-Tamhid 21/62-68.
[10]
Nihayatul Muhtaj 8/148.
[11]
As-Sunan al-Qubra 1/151.
[12]
Al-Muntaqa Syarhul Muwatta’ 7/266.
[13]
Al-Majmu 1/340.
[14]
Al-Muntaqa 7/266.
[15]
Majmu Fatawa beliau 11/pertanyaan no.54.
[16]
Lihat fatwa Lajnah ad-Da’imah 1/149 yang mengatakan boleh memilih salah satu
dari kedua pendapat ini, lihat pula Fathul Baary (10/347) dimana Ibnu Hajar
membolehkan keduanya dan menukil beberapa ulama yang sependapat dengan beliau
di antaranya at-Thabary, dan Qadhi Iadh-Wallohu Ta’ala A’lam-.
2 Responses to "Kumis Tebal dan Panjang, Dicukur Habis Atau Dicukur Tipis?"
Jazaakallaahu khoiron, artikelnya sangat bermanfaat, baarokallaahu fiik
wa fiikum barakallah...
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.