Pandangan Islam Terhadap Syair, Beberapa Sya'ir Hikmah

Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:
إِنَّ مِنَ الشِّعْرِ لَحِكْمَةً
“Sesungguhnya di dalam sya’ir itu ada hikmah”[1].
Beliau-shallallahu alaihi wasallam-juga menyemangati Hassan bin Tsabit untuk menyerang para musuh-musuh Islam dengan sya’irnya, beliau bersabda:
اُهْجُهُمْ وَجِبْرِيْلُ مَعَكَ
“Seranglah mereka dan Jibril bersamamu”[2].
Beliau juga mengatakan:         
هَجَاهُمْ حَسَّانٌ فَشَفَى وَاشْتَفَى
“Hassan mengejek mereka (orang-orang kafir itu), maka itu cukup dan melegakan”[3].
Sebagaimana juga beliau memuji sya’ir Umayyah bin Abis Shalt, sya’ir al-Khansa’, dan beliau memberi hadiah kepada Ka’ab bin Zuhair atas sya’ir bagusnya yang terkenal “Baanat Su’ad”.
Adapun nash atau dalil yang zahirnya mencela dan melarang sya’ir, maka maksudnya adalah sya’ir-sya’ir yang berisi celaan terhadap Islam, syair yang berisi perkara keji seperti mensifati kecantikan perempuan serta berisi ajakan kepada perbuatan munkar dan maksiat, mengenai jenis sya’ir seperti ini Rasulullah bersabda:
لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا
“Mulut salah seorang di antara kalian terisi penuh dengan nanah jauh lebih baik dari pada terisi penuh dengan sya’ir”[4].

Sya’ir-syair yang Berisi Hikmah

Bait-bait Sya’ir Zuhair bin Abi Sulma[5]
وَمَنْ هَابَ أَسْبَابَ الْمَنَايَ يَنَلْنَهُ  #  وَلَوْ نَالَ أَسْبَابَ السَّمَاءِ بِسُلَّمِ
Barangsiapa yang takut (menghindari) kematian tetap saja kematian itu akan menjemputnya
Walaupun dia membuat tangga untuk berlari dari kematian itu menuju ke langit

وَمَنْ يَجْعَلِ الْمَعْرُوْفَ فِيْ غَيْرِ أَهْلِهِ  #  يَعُدْ حَمْدُهُ ذَمًّا عَلَيْهِ وَيَنْدَمِ
Barangsiapa yang berbuat baik kepada yang tidak pantas diberi perbuatan baik
Maka bukan pujian yang akan dia dapat melainkan celaan dan penyesalan

وَمَهْمَا تَكُنْ عِنْدَ امْرِئٍ مِنْ خَلِيْقَةٍ  #  وَلَوْ خَالَهَا تَخْفَى عَلىَ النَّاسِ تُعْلَمِ
Suatu perilaku yang ada pada seseorang
Walaupun dia menyangka tidak diketahui oleh orang, suatu hari pasti ketahuan

لِأَنَّ لِسَانَ الْمَرْءِ مِفْتَاحُ قَلْبِهِ  #  إِذَا هُوَ أَبْدَى مَايَقُوْلُ مِنَ الْفَمِ
Karena lisan seseorang merupakan kunci isi hatinya
Karena dia akan menampakkan isi hatinya dengan lisan itu

 لِسَانُ الْفَتَى نِصْفٌ وَنِصْفٌ فُؤَادُهُ  #  وَلَمْ يَبْقَى إِلَّا صُوْرَةُ اللَّحْمِ وَالدَّمِ
Lisan manusia itu adalah setengah dari jasadnya dan setengahnya lagi adalah hatinya
Dan tidak tersisa kecuali daging dan darah

Bait-bait Sya’ir Abu Tammam[6]
نَقِّلْ فُؤَادَكَ حَيْثُ شِئْتَ مِنَ الْهَوَى  #  مَا الْحُبُّ إِلَّا لِلْحَبِيْبِ الْأَوَّلِ
كَمْ مَنْزِلٍ فِي الْأَرْضِ يَأْلَفُهُ الْفَتَى  #   وَحَنِيْنُهُ أَبَدًا لِأَوَّلِ مَنْزِلِ
Pindahkanlah cintamu kepada siapa yang engkau kehendaki  #  Namun ketahuilah cinta terbesar ada pada kekasih pertama
Sebagaimana seseorang yang terus menerus pindah-pindah rumah  #  Tetap saja dia selalu rindu terhadap rumah pertamanya

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشْرَ فَضِيْلَةٍ  #   طُوِيَتْ أَتَاحَ لَهَا لِسَانَ حَسُوْدِ
لَوْلَا اشْتِعَالُ النَّارِ فِيْمَا جَاوَرَتْ  #  مَاكَانَ يُعْرَفُ طِيْبُ عَرْفِ الْعُوْدِ
Apabila Allah ingin menyebarkan kelebihan seseorang  #  Maka Allah akan mendatangkan orang yang iri kepadanya
Laksana kayu gahru yang sendainya bukan karena apa yang membakarnya  #  Niscaya bau harumnya tidak akan tercium

Bait-bait Sya’ir al-Mutanabby[7]
تُرِيْدِيْنَ لُقْيَانَ الْمَعَالِيْ رَخِيْصَةً  #  وَلَا بُدَّ دُوْنَ الشَّهْدِ مِنْ إِبَرِ النَّحْلِ
Engkau ingin menggapai cinta-citamu dengan bersantai
Padahal untuk mendapatkan madu murni harus siap dengan sengatan lebah

وَإِذَا كَانَتِ النُّفُوْسُ كِبَارًا  #  تَعِبَتْ فِيْ مُرَادِهَا الْأَجْسَامُ
Apabila jiwa itu besar
Maka jasad merasa lelah untuk menggapai cita-citanya

مَا كُلُّ مَا يَتَمَنَّى الْمَرْءُ يُدْرِكُهُ  #  تَجْرِي الرِّيَاحُ بِمَا لاَ تَشْتَهِي السُّفُنُ
Tidak semua yang dicita-citakan seseorang itu bisa dia gapai
Sebagaimana terkadang arah angin berlawanan dengan arah kapal berlabuh
Ditulis oleh Safaruddin dari kitab “Al-Adabul Araby wa Tarikhuhu” hlm.51-85 disertai penyesuaian dan tambahan, Mataram, 13 Jumada as-Tsany 1434 H



[1] HR.al-Bukhari  7/107.
[2] HR.al-Bukhari  7/109.
[3] HR.Muslim  4/1936.
[4] HR.al-Bukhari  7/109.
[5] Zuhair bin Abi Sulma salah seorang penya’ir arab terkenal, meninggal sebelum diutusnya Nabi-shallallahu alaihi wasallam-dan belum sempat masuk Islam.
[6] Nama lengapnya adalah Habib bin Aus at-Tho’I lahir di Damaskus tahun 188 H, naik daun di masa pemerintahan al-Mu’tashim di mana al-Mu’tashim mengangkatnya sebagai penya’ir kerajaan.
[7] Dia adalah Ahmad bin Husain al-Kindy al-Ju’fy al-Mutanabby lahir di Kufah tahun 303 H di daerah Kindah, dia tumbuh besar di kota Kufah, bapaknya adalah seorang yang miskin akan tetapi sangat bersemangat untuk mengajari dan mendidik anaknya, kala itu kota Kufah dipenuhi dengan para ulama dan ahli sastra, maka mulailah al-Mutanabby mengikuti majlis ilmu dan menghafal banyak sya’ir-sya’ir arab, hafalannya yang begitu kuat banyak membantunya menghafal sekian banyak sya’ir-sya’ir itu, terbunuh tahun 354 H.

0 Response to "Pandangan Islam Terhadap Syair, Beberapa Sya'ir Hikmah"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.