Tidak
terasa bulan Ramadhan yang penuh berkah ini telah memasuki 10 hari terakhir
yang seharusnya setiap muslim memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk lebih
memperbanyak lagi ibadah dan amal shalih, sebagaimana kebiasaan panutan dan
junjungan kita Nabi Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam- seperti yang
diceritakan A’isyah:
كَانَ النَّبِيُّ- صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا
لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi-shallallahu
‘alaihi wasallam-bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau
mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya .“ (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008).
Makna “mengencangkan sarung” sebagaimana yang
dirajihkan oleh Ibnu Hajar dan Ibnu Rajab -rahimahumallah- adalah berusaha
semaksimal mungkin untuk menjauhi berhubungan dengan istri semata-mata untuk
memfokuskan diri untuk memperbanyak beribadah di malam-malam 10 terakhir bulan
Ramadhan. Dalam lafadz yang lain A’isyah berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ-
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا
لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Pada
sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-lebih
giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no.
2009)
Menggapai
Malam 1000 Bulan
Di
antara keistimewaan 10 terakhir bulan Ramadhan ini adalah bahwa di dalamnya
terdapat malam yang jauh lebih baik dari 1000 bulan atau dikenal dengan
lailatul qadr, malam yang dipenuhi keberkahan di mana al-Qur’an diturunkan pada
malam itu, Allah-ta’ala-berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan Sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan”.(ad-Dukhan:3)
Malam
yang diberkahi dalam ayat ini adalah lailatul qadr sebagaimana ditafsirkan
dalam surat al-Qadr di mana Allah ta’ala berfirman yang artinya:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadr (malam kemuliaan).(al-Qadr:1).
Malam
yang apabila seseorang menghidupkannya dengan amal ibadah berupa shalat maka
dosa-dosanya yang telah lampau akan diampuni, Rasulullah-shallallahu alaihi
wasallam-bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa
yang menegakkan (shalat) pada lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap
(pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”(HR.al-Bukhari no.1901).
Lailatul qadr yang pahala suatu ibadah di malam itu jauh
lebih baik dari ibadah yang dilakukan dalam jangka waktu 1000 bulan, Imam Mujahid,
Qatadah serta para ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud lebih baik dari
seribu bulan adalah shalat dan amalan lain pada lailatul qadr jauh lebih baik
dari pada amalan di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadr di
dalamnya.(Zaadul Masiir:9:191).
Tanda-tanda
Lailatul Qadr
Lailatul
Qadr terdapat pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan terutama pada malam-malam
ganjil dari sepuluh terakhir Ramadhan itu, sebagaimana sabda
Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-:”Carilah lailatul qadr pada malam
ganjil dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan”.(HR.al-Bukhari no.2017). Namun
hikmah besar di balik di rahasiakannya kapan pasti terdapatnya lalatul qadr
pada setiap 10 terakhir bulan Ramadhan tiap tahunnya yaitu agar manusia
bersemangat serta bersungguh-sungguh untuk mencarinya, berbeda halnya apabila
lailatul qadr itu telah ditentukan tanggal pastinya, maka manusia akan bermalas-malasan
dan melaksankan shalat tarawih serta ibadah lainnya hanya pada-pada malam-malam
tertentu yang dia inginkan. Walaupun demikian, Rasulullah-shallallahu alaihi
wasallam-telah menyebutkan beberapa tanda-tanda lailatul qadr dalam
hadits-hadits beliau, di antaranya;
Dalam
riwayat Ibnu Abbas-radiallohu anhuma- disebutkan bahwa pada malam lailatul qadr
itu udara serta angin terasa tenang, Beliau-shallallahu alaihi
wasallam-bersabda:”Lailatul qadr adalah malam yang penuh kemudahanan dan
kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari
tidak bersinar begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (Shahihul Jaami’
no.5475).
Dalam
riwayat Ubay bin Ka’ab disebutkan bahwa di antar tanda lailatul qadr matahari
akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tanpa sinar yang menyorot,
dari Ubay bin Ka’ab ia berkata:”Malam itu adalah malam yang cerah yaitu
malam ke dua puluh tujuh(dari bulan Ramadhan).dan tanda tandanya ialah pada
pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot.”(HR.Muslim
no.762).
Menghidupkan
Malam Lailatul Qadr
Di
antara fenomena klasik yang sering kita lihat di kalangan sebagian kaum
muslimin mengendornya semangat beramal shalih di malam-malam terakhir bulan
Ramadhan, majid-masjid mulai terlihat lengang dan musolla-musolla mulai
terlihat sepi padahal sebagaimana yang kami kemukakan tadi justru
Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-semakin semangat untuk menghidupkan
malam-malam terakhir bulan Ramadhan itu dengan berbagai amal ibadah karena di sepuluh
malam terakhir itulah lailatul qadr berada juga dikarenakan sepuluh terakhir
bulan Ramadhan ini adalah penutup bulan yang berkah ini, sementara setiap
amalan tergantung penutupnya, Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:“Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan
penutupannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6117)
Di
antara amal ibadah yang hendaknya kita perbanyak dan maksimalkan di sepuluh
terakhir bulan Ramadhan ini serta pada malam lailatul qadr yang penuh berkah
itu adalah sebagai berikut:
Qiyamul
Lail (Shalat Tarawih). Sebagimana
disebutkan dalam hadits yang kami kemukakan di atas, bahwa
Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:” Barangsiapa yang menegakkan (shalat) pada
lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”(HR.al-Bukhari no.1901).
Membaca al-Qur’an. Al-Quranul Karim mempunyai keterkaitan erat dengan bulan
Ramdhan nan diberkahi ini, khususnya ketika kita mengetahui bahwa permulaan
al-Qur’an diturunkan pada bulan yang mulia ini, Allah berfirman yang artinya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (al-Baqarah:185).
Perhatian
lebih Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-terhadap al-Qur’an di bulan
Ramadhan ditunjukkan dengan didatanginya beliau setiap bulan Ramadhan oleh
mala’ikat Jibril, untuk memeperdengarkan al-Qur’an kepadanya sebagimana
tercantum dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim.
I’tikaf. I’tikaf adalah menetap di masjid dengan tata cara khusus disertai
niat.(al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah 5:206). Tata cara khusus dalam artian bahwa
orang yang melakukan I’tikaf itu hendaknya tetap berada di masjid kecuali untuk
kebutuhan-kebutuhan mendesak, juga hendaknya dia tidak berhubungan suami istri
selama dia I’tikaf. Mengenai disyari’atkannya I’tikaf ini, Abu Hurairah
bertutur:”Nabi-shallallahu alaihi wasallam-beri’tikaf pada bulan Ramadhan
selama sepuluh hari, namun pada tahun wafatnya beliau beri’tikaf selama 20
hari”.(HR.al-Bukhari no.2044).
Nabi-shallallahu
alaihi wasallam-biasa beri’tikaf di 10 terakhir Ramadhan dengan tujuan
mempermudah untuk meraih lailatul qadr dan menghindarkan diri dari kesibukan
dunia untuk menyibukkan diri dengan bermunjat kepada Allah serta memperbanyak
dzikir dan do’a ketika itu.(Latho’iful Ma’arif hlm.338).
0 Response to "10 Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qadr"
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.