Tidak diragukan lagi tentang
keutamaan do’a-do’a yang diajarkan oleh Rasulullah-shallallahu alaihi
wasallam-, bagimana tidak, do’a-do’a itu diajarkan oleh penutup para nabi,
hamba terbaik dan tentu saja sebagaimana dikatakan oleh A’isyah:
كان النبيُّ صلى الله عليه و سلم
يُعجبُه الجوامعُ من الدعاءِ، ويدع ما بين ذلك
“Nabi-shallallahu alaihi
wasallam-menyukai do’a-do’a yang jawami’(lafadznya pendek namun maknanya
luas), dan meninggalkan yang selainnya.”(Abu Dawud no.1482, Ahmad no.25151, dan
Ibnu Hibban dalam Shahihnya no.867).
Beliau juga bersabda:
بُعثتُ
بجوامع الكَلِم
“Aku diutus dengan (membawa)
jawami’ul kalim.”(al-Bukhari no.7013, Muslim no.523).
Imam az-Zuhri mengatakan terkait
makna “Jawami’ul Kalim” sebagimana disebutkan oleh al-Bukhari dalam shahihnya
setelah membawakan riwayat di atas:
“Makna “Jawami’ul Kalim"
sebagaimana yang disampaikan kepada kami yaitu bahwa pada diri beliau terkumpul
perkara-perkara (ilmu) yang banyak yang dahulu termaktub dalam
kitab-kitab-kitab ummat masa lampu (diucapkan) oleh beliau dalam satu atau dua
kata, kurang lebih begitu maknanya.”
Oleh karena itu yang wajib
dilakukan oleh seorang muslim adalah mengutamakan dan senantiasa berdo’a dan
berzikir dengan do’a dan dzikir yang diajarkan oleh Nabi-shallallahu alaihi
wasallam-, tidak menambah dan tidak pula menguranginya, di bawah ini ada dua lafadz
dzikir dan do’a yang sebenarnya warid (datang) dari Rasulullah namun (sengaja
atau tidak sengaja) ditambahi dengan lafadz-lafadz oleh yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan keshahihannya.
Pertama:
Tambahan kata “kariim” pada do’a
terkenal yang sering kita baca dan amalkan:
اَلَّلهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ...
Lafadz asli do’a ini berbunyi:
اللّهمّ
إنّك عفوٌّ تحبُّ العفو فاعفُ عني
“Ya Allah sesungguhnya engkau maha
pengampun maka berilah ampunan kepadaku.”(at-Tirmidzy no.3513, Ibnu Majah
no.3850)
Adapun penambahan kata”kariim” maka
dikomentari oleh Syaikh al-Albani:”Dalam Sunan at-Tirmidzy terdapat tambahan
lafadz “kariim” setelah lafadz “afuwwun” padahal jika kita teliti naskah-naskah
terdahulu maka kita tidak akan menemukan tambahan lafadz ini, dan tidak ada
pula pada kitab-kitab terdahulu yang mengutip hadits ini dari Sunan
at-Tirmidzi, maka sepertinya lafadz ini adalah mudraj (tambahan palsu) yang dilakukan
oleh sebagian penulis atau penerbitnya, dalam cetakan hindiyyah dari sunan at-tirmidzy yang disertai
syarahnya oleh Mubarakfury juga tidak ditemukan tambahan lafadz ini(4/264),
ditambah lagi bahwasanya imam an-Nasa’I meriwayatkan hadits ini dari jalan yang
dipakai oleh at-Tirmidzy, mereka berdua meriwayatkan dari syaikh mereka yaitu
Qutaibah bin Sa’id namun tambahan lafadz “kariim” ini tidak ada pada beliau
(an-Nasa’i)[1].
Kedua:
Tambahan lafadz “wa ta’alaita”
dalam dzikir ba’da shalat:
اَلَّلهُمَّ
أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ يَا ذَا
الْجَلاَلِ وَاْلِإكْرَامِ
Lafadz asli hadits ini berbunyi:
اَلَّلهُمَّ
أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ
وَاْلِإكْرَامِ
Tanpa ada tambahan “wa ta’alaita”,
dzikir ini diriwayatkan oleh Muslim no.591,592).
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid
berkata[2]:”Adapun
tambahan lafadz “wa ta’alaita” setelah lafadz “tabarakta” maka tidak shahih,
walaupun memang tambahan ini shahih dalam do’a qunut
اللهم
اهدنا فيمن هديت...
Juga dalam do’a iftitah
سبحانك
اللهم وبحمدك...وتعالى جدك
0 Response to "Dua Buah Do'a dan Dzikir yang Ditambah Lafadznya"
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.