وَرُبَّ صَغِيْرٍ فِي السِّنِّ كَبِيْرٌ فِيْ عِلْمِهِ

Barangsiapa yang menuntut ilmu lalu mengamalkan dan menyebarkannya maka dialah orang yang alim walaupun umurnya masih muda, inilah prinsip yang benar menurut ahlus sunnah wal jama’ah.
Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhid (3/150) mengatakan:

"إِنَّ الْعُلَمَاءَ لَمْ يَزَالُوْا يَتَنَاظَرُوْنَ, وَلَمْ يَزَلْ مِنْهُمُ الْكَبِيْرُ لاَ يَرْتَفِعُ عَلىَ الصَّغِيْرِ, وَلاَ يَمْنَعُوْنَ الصَّغِيْرَ إِذَا عَلِمَ أَنْ يَنْطِقَ بِمَا عَلِمَ, وَرُبَّ صَغِيْرٍ فِي السِّنِّ كَبِيْرٌ فِيْ عِلْمِهِ , وَاللهُ يَمُنُّ عَلىَ مَنْ يَشَاءُ بِحِكْمَتِهِ وَرَحْمَتِهِ"
“Sesungguhnya para ulama senantiasa berdiskusi, yang tua (namun berilmu)tidak sombong terhadap yang muda (namun berilmu), mereka tidak melarang yang muda (yang berilmu) untuk berbicara apabila mereka (yang muda) memang berilmu, karena bisa jadi umurnya masih muda namun ilmunya banyak, dan Allah memberi nikmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki sesuai dengan hikmah dan rahmat-Nya.”
Al-Hafidz Ibnu Rajab berkata dalam kitabnya “al-Farqu Baianan Nasihah wat Ta’yir (hlm.26):

"فَلِهَذَا كَانَ أَئِمَّةُ السَّلَفِ الْمُجَمَعُ عَلىَ عِلْمِهِمْ وَفَضْلِهِمْ يَقْبَلُوْنَ الْحَقَّ مِمَّنْ أَوْرَدَهُ عَلَيْهِمْ وَإِنْ كَانَ صَغِيْرًا, وَيُوْصُوْنَ أَصْحَابَهُمْ وَأَتْبَاعَهُمْ بِقَبُوْلِ الْحَقِّ إِذَا ظَهَرَ فِيْ غَيْرِ قَوْلِهِمْ"
“Oleh karena itu para ulama salaf yang disepekatai akan keilmuan dan kemuliaan mereka selalu menerima kebenaran siapapun yang menyempaikan kebenaran itu kepada mereka walaupun yang menyampaikannya adalah orang yang masih muda (yang berilmu), mereka berpesan kepada teman-teman dan pengikut mereka agar menerima kebenaran walaupun kebenaran itu datang dari orang lain.”
Al-Hafidz as-Sijzi berkata dalam kitab”ar-Risalah”nya (hlm.220):

"فَالْمُتَّبِعُ لِلْأَثَرِ يَجِبُ تَقدِيْمُهُ وَإِكْرَامُهُ, وَإِنْ كَانَ صَغِيْرَ السِّنِّ غَيْرَ نَسِيْبٍ, وَالْمُخَالِفُ لَهُ يَجِبُ اِجْتِنَابُهُ وَإِنْ كَانَ مُسِنًّا شَرِيْفًا"
“Orang yang mengikuti atsar (sunnah Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam) wajib kedepankan dan wajib dihormati walaupun masih muda umurnya dan bukan dari keluarga terpandang, adapun yang menyelisihi atsar wajib ditinggalkan walaupun sudah tua dan terhormat.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata (Majmu’ul Fatawa 11/43):

"وَمَنْ لَهُ فِي الْأُمَّةِ لِسَانُ صِدْقٍ, وَشَهِدَتْ لَهُ الْأُمَّةُ بِالْعِلْمِ فَهُوَ عَالِمٌ, وَإِذَا ظَهَرَ عَلىَ إِنْسَانٍ بِحَيْثُ يُثْنِيْ عَلَيْهِ, وَيُحْمَدُ فِيْ جَمَاهِيْرِ أَجْنَاسِ الْأُمَّةِ, فَهَؤُلاَءِ أَئِمَّةُ الْهُدَى وَمَصَابِيْحُ الدُّجَى"
“Barangsiapa yang memiliki kredibilitas di tengah-tengah ummat, dan ummat mengakui akan keilmuannya maka dia layak dinamakan alim, apabila begaul dia dipuji, disanjung oleh manusia maka dialah pembimbing kepada petunjuk dan pelita di tengah kegelapan.”
Begitupula yang dijalankan oleh para salaf dari kalangan para sahabat mereka memberi penghormatan dan mengajak seorang yang alim dalam musyawarah walaupun orangnya masih muda, yang jadi borometer adalah sejauh dan sedalam apa ilmunya, bukan seberapa umurnya, Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (jilid 7/73):

عن ابن عباس-رضي الله عنهما- قال: كان عمر يدخلني مع أشياخ بدر, فكأن بعضهم وجد في نفسه, فقال لما تدخل هذا معنا ولنا أبناء مثله؟ فقال عمر: إنه من حيث علمتم, فدعاه ذات يوم فأدخله معهم فما رأيت أنه دعا يمئذ إلا ليريهم, قال: ماتقولون في قوله تعالى: إذا جاء نصر الله والفتح؟
فقال بعضهم: أمرنا بحمده ونستغفره إذا نصرنا وفتح علينا, وسكت بعضهم فلم يقل شيئا, فقال لي: أكذلك تقول يابن عباس؟ فقال:لا, قال:فما تقول؟ قلت: هو إذا جاء نصر الله والفتح-وذلك علامة أجلك-فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان توابا, فقال عمر: ما أعلم منها إلا ما تقول.
“Dari Ibnu Abbas dia berkata:”Umar sering mengikut sertakan saya di majlis para pembesar perang badr, maka terkadang saya mengerti bahwa mereka bertanya-tanya (mengapa saya diikut sertakan), sebagian mereka mengatakan: mengapa engkau mengikut sertakan Ibnu Abbas padahal kami juga punya anak seumur dia (tapi tidak diikut sertakan), Umar menjawab:( saya mengikut sertakannya) karena hal yang sudah kalian ketahui, maka suatu hari Umar mengundang Ibnu Abbas, Ibnu Abbas berkata:tidaklah Umar mengundangku kali ini melainkan untuk membuktikan kepada mereka, Umar lantas berkata:Apa pendapat kalian tentang firman Allah:
إذا جاء نصر الله والفتح
Apabila pertolongan Allah dan penaklukan telah datang”.
Sebagian mereka menjawab:Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk memuji-Nya dan meminta ampun kepada-Nya jika kita dimenangkan dan diberi penaklukan oleh Allah, adapun sebagian yang lain maka mereka terdiam, lalu Umar berkata kepadaku: Apakah begitu juga pendapatmu wahai Ibnu Abbas? Aku menjawab:tidak, lalu apa pendapatmu? tanya Umar,Akupun berkata:Maksudnya apabila pertolongan dan penaklukan datang dari Allah-dan itu pertanda dekatnya kematianmu (Nabi Muhammad)-maka bertasbihlah kepada tuhanmu dan minta ampunlah kepada-Nya sesungguhnya Dia maha menerima taubat, lalu Umarpun berkata:pendapatmu sama dengan pendapatku.

0 Response to "وَرُبَّ صَغِيْرٍ فِي السِّنِّ كَبِيْرٌ فِيْ عِلْمِهِ "

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.