Allah-subhanahu
wa ta’ala-berfirman:
و الَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ و إِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ
مَرُّوا كِرَامًا
“Orang-orang yang tidak menyaksikan az-Zuur, dan apabila
mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan
dirinya.”(QS:al-Furqan:72).
Al-Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata:
قال أبو العالية ، و طاوس، و محمد بن سيرين، ، و الضحاك، و الربيع بن
أنس ، و غيرهم : (هي أعيادُ المشركين)
“Abul Aliyah, Thawus, Muhammad bin
Siiriin, ad-Dhahhak, ar-Rabi’ bin Anas dan selain mereka berkata (menafsirkan
makna az-Zuur dalam ayat di atas):”Yaitu (tidak menyaksikan/menghadiri)
hari raya-hari raya mereka.”[1]
Jadi mulai dari ayat ke-63 dari surat al-Furqan, Allah-subahanahu
wa ta’ala- menyebutkan tentang Ibadur rahman (hamba Allah yang maha
pengasih) dan ciri-ciri mereka, dan di antara cirri-ciri mereka sebagaimana
yang disebut dalam ayat ke-72 surat al-Furqan ini yaitu mereka tidak
menyaksikan/menghadiri hari raya orang-orang kafir.
Dalam sebuah hadits yang shahih:
عن أنس قال: قدم رسول الله المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما,
فقال:ماهذان اليومان؟قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية, فقال رسول الله:إن الله
قد أبدلكم بهما خيرا منهما: يوم الأضحى ويوم الفطر.
“Dari Anas dia berkata:Rasulullah mendatangi
kota Madinah dan ketika itu penduduk Madinah mempunyai dua hari yang mereka
pakai untuk bermain-main di dalamnya (hari raya), lantas beliau bertanya:”Apa
dua hari (di mana kalian bermain ini)? Mereka menjawab:”Dahulu di masa
jahiliyah kami terbiasa main-main padanya? Beliau bersabda:”Sesungguhnya Allah
telah menggantikan dua hari kalian itu dengan dua hari yang jauh lebih baik
yaitu hari raya Idul Adha dan Idul Fitri.”[2]
وجاء في صحيح البخاري أن عمر-رضي الله تعالى عنه و أرضاه- قال: ( اجتنبوا
أعداء الله في عيدهم ) وجاء في رواية صحيحة في البيهقي: (.. فإن السُّخْطَةَ تنزل
عليهم )
“Di dalam shahih al-Bukhari
bahwasanya Umar-radiallahu anhu-berkata:”Jauhilah musuh-musuh Allah (orang-orang
kafir) ketika mereka sedang berhari raya.” Dalam riwayat shahih Imam
al-Baihaki:….Karena murka Allah sedang turun kepada mereka.”
Fatwa Para Ulama
Al-Lajnah
ad-Da’imah Lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta (Komisi Tetap Penelitian Ilmiyah dan Fatwa-KSA)
Pertanyaan:Wahai
Fadilatus Syaikh, telah terjadi diskusi antara saya dan teman-teman saya
tentang agama Islam yaitu bahwasanya sebagian kaum muslimin di Ghana
mengagungkan hari-hari libur orang-orang Yahudi dan Nasrani dan meninggalkan
hari-hari libur mereka sendiri (Islam), oleh karena itu apabila datang hari
raya orang yahudi dan nasrani mereka meliburkan sekolah-sekolah, berbeda halnya
apabila datang hari raya Islam sekolah-sekolah tidak diliburkan, mereka
mengatakan jika kita mengikuti hari raya mereka, maka mereka akan masuk Islam,
wahai syaikh mohon memberi pemahaman kepada kami, apakah perbuatan mereka benar
atau salah?
Jawaban:
Alhamdulillah…Pertama:yang disunnahkan adalah menampakkan syi’ar-syi’ar
Islam di tengah-tengah kaum muslimin, pelarangan menampakkannya bertolak
belakang dengan petunjuk Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-,
sedangkan beliau pernah bersabda:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها وعضوا عليها
بالنواجذ...الحديث
“Berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah para
khulafa’ur rasyidin yang telah diberi petunjuk, peganglah ia erat-erat dan
gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.” Al-Hadits
Kedua: seorang muslim tidak boleh mengikuti orang-orang kafir pada
hari raya mereka dan tidak boleh pula menampakkan kegembiraan dengan datangnya
hari raya mereka itu, lalu meliburkan pekerjaan mereka baik pekerjaan duniawi
maupun ukhrawi, karena hal ini termasuk menyerupakan diri dengan musuh yang
terlarang dan termasuk tolong-menolong dengan mereka dalam hal yang batil,
sedangkan Rasulullah pernah bersabda:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Brangsiapa yang menyerupakan diri dengan suatu kaum maka ia
termasuk dari mereka.”
Allah juga berfirman:
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان
“Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan maksiat.”
Kami menasihati kalian untuk meruju’
kitab “Iqtida’ Shiratil Mustaqim” oleh Ibnu Taimiyah, karena kitab ini
sangat bermanfaat dalam masalah seperti ini[3].
Syaikh Muhammad
bin Ibrahim-rahimahullah-(Ketua al-Lajnah ad-Da’imah di masa
lampau).
Beliau pernah bersurat kepada salah
seorang petugas negara:
من محمد بن إبراهيم إلى ......سلمه الله
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته وبعد
ذكر لنا أن بعض التجار في العام الماضي استوردوا هدايا خاصة بمناسبة العيد المسيحي لرأس السنة الميلادية من ضمن هذه الهدايا شجرة الميلاد المسيحي وأن بعض المواطنين كانوا يشترونها ويقدمونها للأجانب المسيحيين في بلادنا مشاركة منهم في هذا العيد
وهذا أمر منكر ما كان ينبغي لهم فعله...
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته وبعد
ذكر لنا أن بعض التجار في العام الماضي استوردوا هدايا خاصة بمناسبة العيد المسيحي لرأس السنة الميلادية من ضمن هذه الهدايا شجرة الميلاد المسيحي وأن بعض المواطنين كانوا يشترونها ويقدمونها للأجانب المسيحيين في بلادنا مشاركة منهم في هذا العيد
وهذا أمر منكر ما كان ينبغي لهم فعله...
“Dari Muhammad bin Ibrahim kepada…-semoga Allah memberinya
keselamatan-
Asslamau’alikaum warahmatullahi wabarakatuh
Ada yang menceritakan kepada kami bahwa beberapa pedagang pada
tahun lalu mengimpor sejenis hadiah khusus terkait datangnya hari natal pada
penghujung tahun, di antara hadiah yang di maksud adalah pohon natal, lantas
beberapa penduduk membelinya lalu memberinya kepada orang nasrani asing di
negeri ini semata-mata sebagai bentuk partisipasi untuk memeriahkan hari raya
mereka.
Syaikh
Abdul Aziz bin Baaz-rahimahullah-(Ketua al-Lajnah ad-Da’imah KSA
di masa lampau)
س/ بعض المسلمين يشاركون النصارى في أعيادهم فما توجيهكم ؟
ج/ لا يجوز للمسلم ولا المسلمة مشاركة النصارى أو اليهود أو غيرهم من الكفرة في أعيادهم بل يجب ترك ذلك لأن من تشبه بقوم فهو منهم والرسول عليه الصلاة والسلام حذرنا من مشابهتهم والتخلق بأخلاقهم فعلى المؤمن وعلى المؤمنة الحذر من ذلك ولا تجوز لهما المساعدة في ذلك بأي شئ لأنها أعياد مخالفة للشرع فلا يجوز الاشتراك فيها ولا التعاون مع أهلها ولا مساعدتهم بأي شئ لا بالشاي ولا بالقهوة ولا بغير ذلك كالأواني وغيرها ولأن الله سبحانه يقول وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا الله إن الله شديد العقاب فمشاركة مع الكفرة في أعيادهم نوع من التعاون على الإثم والعدوان.
ج/ لا يجوز للمسلم ولا المسلمة مشاركة النصارى أو اليهود أو غيرهم من الكفرة في أعيادهم بل يجب ترك ذلك لأن من تشبه بقوم فهو منهم والرسول عليه الصلاة والسلام حذرنا من مشابهتهم والتخلق بأخلاقهم فعلى المؤمن وعلى المؤمنة الحذر من ذلك ولا تجوز لهما المساعدة في ذلك بأي شئ لأنها أعياد مخالفة للشرع فلا يجوز الاشتراك فيها ولا التعاون مع أهلها ولا مساعدتهم بأي شئ لا بالشاي ولا بالقهوة ولا بغير ذلك كالأواني وغيرها ولأن الله سبحانه يقول وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا الله إن الله شديد العقاب فمشاركة مع الكفرة في أعيادهم نوع من التعاون على الإثم والعدوان.
Pertanyaan:Sebagian kaum muslimin ikut serta dalam perayaan hari
raya-hari raya orang nasrani, maka apa nasihat anda?
Jawaban:”Tidak boleh bagi seorang muslim dan muslimah ikut serta
dalam hari raya orang nasrani maupun yahudi serta orang kafir lainnya, akan
tetapi justru wajib meninggalkan hal tersebut karena barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka, Rasulullah-shallallahu
alaihi wasallam-memperingati kita jangan sampai menyerupai mereka dan
berakhlak dengan akhlak mereka, oleh karena itu seorang muslim dan muslimah
hendaknya berhati-hati terhadap hal ini, dan tidak boleh pula bagi muslim dan
muslimah memberikan bantuan kepada orang kafir itu (terkait hari raya mereka)
dalam bentuk apapun, karena itu adalah hari raya yang menyelisihi syari’at,
maka tidak boleh ikut serta di dalamnya dan tidak boleh juga
tolong-menolong dan memberi bantuan
dalam bentuk apapun kepada mereka, seperti membantu dengan memberi teh, kopi
dan lainnya seperti bejana, karena Allah berfirman:
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا
الله إن الله شديد العقاب
“Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan, dan bertakwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah amat pedih siksaan-Nya.” Maka ikut serta bersama orang kafir
pada hari raya mereka termasuk dalam tolong-menolong dalam dosa dan
permusuhan.”[5]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin-rahimahullah-(Anggota
al-Lajnah ad-Da’imah KSA di masa lampau)
Pertanyaan:Apa hukum mengucapkan selamat hari raya natal kepada
orang kafir (nasrani)? Bagaimana kita menjawab ucapan selamat dari mereka jika
mereka terlebih dahulu mengucapkan selamat natal kepada kami? Bolehkah ikut
serta mendatangi upacara-upacara yang berkaitan dengan natal ini? Apakah
seseorang itu berdosa jika melakukan hal-hal yang telah disebutkan tanpa
sengaja? Misalnya dia melakukannya hanya sekedar basa-basi, rasa malu atau rasa
nggak enak dan lain sebagainya? Dan bolehkah kami menyerupakan diri
dengan mereka dalam hal seperti ini?
Jawaban:Ucapan selamat kepada orang nasrani terkait dengan
natal dan hari raya lain mereka adalah haram berdasarkan kesepakatan
ulama, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau “Ahkaam
Ahliz Dzimmah”:
وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق ، مثل أن
يهنئهم بأعيادهم وصومهم ، فيقول : عيد مبارك عليك ، أو تهنأ بهذا العيد ونحوه ،
فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات. وهو بمنـزلة أن تهنئه بسجوده للصليب
، بل ذلك أعظم إثماً عند الله ، وأشد مقتاً من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس ،
وارتكاب الفرج الحرام ونحوه . وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ، ولا يدري
قبح ما فعل ، فمن هنأ عبداً بمعصية ، أو بدعة ، أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه
“Adapun mengucapkan selamat dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi mereka maka ini adalah haram, seperti mengucapkan selamat dengan
hari raya-hari raya mereka dan puasa mereka, seperti mengatakan: semoga engkau
diberkahi dalam hari raya ini , atau engkau mengucapkan selamat dengan
datangnya hari raya ini dan yang sejenisnya. Orang yang mengucapkan selamat
hari raya ini, taruhlah ia selamat dari kekufuran akan tetapi jelas dia tidak
selamat dari melakukan perbuatan haram, ucapan itu sama dengan anda mengucapkan
selamat kepadanya karena telah sujud kepada salib, bahkan ucapan itu jauh lebih
besar dosanya di sisi Allah, dan jauh lebih besar kemurkaan Allah padanya dari
pada anda mengucapkan selamat karena dia telah meminum minuman keras, bunuh
diri, berzina dan lain sebagainya,
banyak orang yang tidak memiliki pengagungan kepada agama melakukan hal ini,
dia tidak mengetahui alangkah jelek apa yang ia lakukan , barangsiapa yang
mengucapkan selamat kepada seseorang terhadap maksiat, bid’ah dan amalan kekufuran
yang ia lakukan maka dia telah mendekati murka dan kutukan Allah.”
Mengapa mengucapkan selamat hari raya bagi orang kafir adalah
haram dan sangat berat sebagai mana disebutkan oleh Ibnul Qayyim? Karena ucapan
itu mengandung pembenaran terhadap apa yang mereka lakukan berupa perbuatan
kufur, dan bentuk keridaan seorang terhadap perbuatan orang-orang kafir itu,
walaupun sebenarnya dia tidak terima dengan hari raya-hari itu bagi dirinya,
akan tetapi haram bagi seorang muslim meridhai syi’ar-syi’ar kekufuran atau
mengucapkan selamat terhadapnya, karena Allah tidak ridha dengannya, Allah
berfirman:
إن تكفروا فإن الله غني عنكم ولا يرضى لعباده الكفر وإن تشكروا يرضه
لكم
“Jika kalian kufur maka Allah tidak membutuhkan kalian dan Dia
tidak meridhai kekufuran bagi hamba-hamba-Nya dan jika kalian syukur maka Allah
meridhainya.”
Allah juga berfirman:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام ديناً
“Pada hari ini Aku sempurnakan agama kalian dan Aku sempurnakan
nikmat-Ku atas kalian dan aku ridha Islam itu sebagai agama kalian.”(QS:al-Ma’idah:3)
Mengucapkan selamat dengan hari raya mereka itu adalah haram baik
mereka ikut serta dalam hari raya itu atau tidak.
Apabila mereka mengucapkan selamat kepada kita dengan hari raya
mereka, maka kita tidak perlu menjawabnya karena hari raya itu bukan hari raya
kita, karena hari raya mereka itu tidak disukai oleh Allah karena hari raya
mereka adalah perbuatan bid’ah atau masyru’ tapi telah dihapus oleh syari’at Islam
yang dibawa Nabi Muhammad-shallallahu alaihi wasallam-kepada seluruh makhluk,
Allah berfirman:
ومن يبتغ غير الإسلام ديناً فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين
“Barangisiapa yang mencari agama selain Islam sebagai agamanya
maka itu tidak akan diterima dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang
merugi.”(QS:al Imran:85).
Memenuhi undangan untuk menghadiri hari raya ini juga haram,
karena hal ini jauh lebih besar dosanya dari pada hanya mengucap selamat karena
di sini dia berpartisipasi langsung, begitu juga haram menyerupakan diri dengan
mereka dengan membuat upacara-upacara terkait hari raya mereka, tukar menukar hadiah,membagi-bagikan
permen, kotak makanan, atau meliburkan pekerjaan dan lain sebaginya. Syaikhul
Islam dalam “Iqtidha’ Shiratil Mustaqim”
berkata:
مشابهتهم في بعض أعيادهم توجب سرور قلوبهم بما هم عليه من الباطل ،
وربما أطمعهم ذلك في انتهاز الفرص واستذلال الضعفاء
“Menyerupakan
diri dengan hari raya-hari raya mereka bisa menimbulkan rasa gembira di hati
mereka terhadap kebatilan yang sedang mereka lakukan, dan bisa jadi membuat
mereka semakin semangat untuk memanfaatkan kesempatan dan menarik hati mereka
yang lemah.”
Barangsiapa
yang melakukan hal-hal dia atas maka dia berdosa baik dia melakukannya hanya
sebatas basa-basi atau terdorong rasa malu atau karena sebab-sebab yang lain…”[6]
MUI
(Majelis Ulama Indonesia)
Tahun
1981 MUI mengeluarkan fatwa melalu komisi fatwanya tentang haramnya mengikuti
upacara Natal bagi kaum muslimin, dengan poin keputusan sebagai berikut:
1.
Perayaan
Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa, akan
tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari so’al-so’al yang diterangkan di
atas (dalil-dalil yang mengharuskan kaum muslimin untuk bara’ (berlepas
diri) dari orang-orang kafir)
2.
Mengikuti
upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya adalah haram.
3.
Agar
ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah-subhanahu
wata’ala-dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal[7].
[1] Tafsir
al-Qur’anil Adzim oleh Ibnu Katsir 3/2097
[2] HR
Abu Dawud dishahihkan oleh ahli hadits abad ini Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan
Abu Dawud no.1004.
[3]
Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah no.2540
[4] Fatawa
Syaikh Muhammad bin Ibrahim alusyaikh 3/105
[5] Majmu’
Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah 6/405
[6] Majmu’
Fatawa wa Rasa’il Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin 3/44.
3 Responses to "Fatwa Para Ulama tentang Menghadiri Natal, dari al-Lajnah ad-Da'imah Sampai MUI"
بارك الله فيك
وفيكم بارك الله
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.