Kekeliruan-kekeliruan dalam Kitab Berzanji ( Bag.II )

berzanji
3-Kejadian-kejadian Aneh Saat Kelahiran Nabi
Selanjutnya al-Barzanji menyebutkan kisah-kisah aneh menjelang dan ketika Nabi-shallallahu alaihi wasallam-dilahirkan, namun jika tidak semuanya maka sebagian besar kisah-kisah ini adalah batil karena bersandar pada hadits-hadits palsu dan maudhu’, di antaranya di halaman 130[1] dia mengatakan:

وَلَقَدْ غَاضَتْ بُحَيْرَةُ سَاوَة  #  وَمَوْضِعُهَا مَابَيْنَ قُمٍّ وَهَمَذَان
وَفَاضَ مَعِيْنٌ فِيْ سَمَاوَةَ وَلَمْ يَكُنْ # بِهِ قَبْلُ مَاءٌ يَنْقَعَنَّ لِظَمْآنِ
وَأُخْمِدَتِ النِّيْرَانُ مِنْ أَرْضِ فَارِس  #  وَأَصْبَحَ كِسْرَى مُشْفِقًا كَسْرَ إِيْوَان...

“Sungai Sawat telah mengering  #  yang tempatnya antara Qumm dan Hamadzan
Mata air di Samawat berlimpah  #  padahal dahulu tidak ada air yang menggenang bagi orang yang haus
Api (sesembahan) telah padam di negeri Persia  #  Kisrapun kuatir akan runtuhnya Iwan (istana)”.
Peristiwa aneh saat kelahiran Nabi-shallallahu alaihi wasallam- berupa mengeringnya sungai Sawat, meluapnya mata air Samawat, bergetarnya istana Kisra lalu balkon-balkonnya runtuh disertai padamnya api yang menjadi sesembahan mereka didasarkan pada riwayat lemah:

لَمَّا كَانَتِ الَّليْلَةُ اَّلتِيْ وُلِدَ فِيْهَا رَسُوْلُ اللهِ-صلى الله عليه وسلم-اِرْتَجَسَ إِيْوَانُ كِسْرَى وَسَقَطَتْ مِنْهُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ شُرْفَةً, وَخَمِدَتْ نَارُ فَارِسَ, وَلَمْ تَخْمَدْ قَبْلَ ذَلِكَ بِأَلْفِ عَامٍ, وَغَاضَتْ بُحَيْرَةُ سَاوَة, وَرَأَى الْمُوْبَذَانُ إِبِلاً صِعَابًا تَقُوْدُ خَيْلاً عِرَابًا, قَدْ قَطَعَتْ دَجْلَةَ وَانْتَشَرَتْ فِيْ بِلاَدِهَا, فَلَمَّا أَصْبَحَ كِسْرَى أَفْزَعَهُ ذَلِكَ, وَتَصَبَّرَ عَلَيْهِ تَجَشُّعًا, ثُمَّ رَأَى أَنْ لاَ يَدَّخِرَ ذَلِكَ عَلىَ وُزَرَاءِهِ وَمَرَازِبَتِهِ حِيْنَ عِيْلَ صَبْرُهُ, فَجَمَعَهُمْ وَلِبَس تَاجَهُ, وَقَعَدَ عَلىَ سَرِيْرِهِ, ثُمَّ بَعَثَ إِلَيْهِمْ فَلَمَّا اجْتَمَعُوْا عِنْدَهُ, قَالَ: فِيْمَ بَعَثْتُ إِلَيْكُمْ؟ قَالُوْا:لاَ , إِلَّا أَنْ يُخْبِرَنَا الْمَلِكُ بِذَلِكَ

 “Pada malam dilahirkannya Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bergetarlah istana Kisra dan runtuhlah 14 di antara balkon-balkonnya, api sesembahannya padam, padahal tidak pernah padam semenjak seribu tahun yang lalu, sungai sawat mengering, al-Mubadzan (julukan untuk ulamanya orang majusi) bermimpi melihat unta yang lemah memimpin kuda arab, melewati sungai Dajlah dan tersebar di negerinya, peristiwa itu membuat Kisra ketakutan, dia menyimpan kejadian itu sambil ketakutan, namun dia melihat bahwa tidak bagus menyimpan kejadian itu terhadap para menteri dan panglimanya, ketika kesabarannya melemah, maka diapun memakai mahkotanya dan berniat mengumpulkan mereka, diapun naik ke singgasanya lalu mengirim seseorang untuk memanggil mereka, kemudian setelah mereka berkumpul, diapun berkata:”Tahukah kalian mengapa saya mengumpulkan kalian? Mereka menjawab:”Tidak tahu, kecuali apabila raja memberi tahu kami….
Riwayat ini dibawakan oleh Ibnu Jarir ath-Tabari dalam “at-Tarikh” (1/459), al-Baihaqi dalam “Dalail an-Nubuwwah” (1/127,128,129) begitu juga Abu Nu’aim dalam “Dalail an-Nubuwwah” (hlm.96-99) dan Ibnu Asakir dalam “al-Khasa’is al-Kubra” (1/87) dari jalan Abu Ayyub Ya’la bin Imran al-Bajali dari Makhzum bin Hani al-Makhzumi dari ayahnya.
Ibnu Asakir:”Hadits ini gharib (asing) –sepengetahuan kami- hanya diriwayatkan dari jalan Makhzum dari bapaknya, lalu diriwayatkan hanya oleh Abu Ayyub al-Bajali.” Imam az-Dzahabi berkata dalam “as-Sirah an-Nabawiyah” (1/42):”Hadits ini munkar dan ghariib.”
Demikian juga apa yang disebutkan oleh al-Barzanji di halaman 105[2]:

وَأُتِيَتْ أُمُّهُ فِي الْمَنَامِ فَقِيْلَ لَهَا: إِنَّكِ قَدْ حَمَلْتِ بِسَيِّدِ الْعَالَمِيْنَ وَخَيْرِ الْبَرِيَّةِ, وَسَمِّيْهِ إِذَا وَضَعْتِهِ مُحَمَّدًا لِأَنَّهُ سَتُحْمَدُ عُقْبَاهُ.

“Ibunya (Nabi Muhammad-Aminah-) didatangi dalam mimpi, lalu dia diberitahu: “Sesungguhnya engkau sedang mengandung penghulu alam semesta dan makhluk terbaik, jika engkau melahirkannya maka namakanlah ia Muhammad-shallallahu alaihi wasallam- (orang yang dipuji) karena nanti dia akan jadi orang terpuji.”
Kutipan perkataan al-Barzanji ini didasarkan pada riwayat panjang tentang apa yang terjadi pada Aminah(Ibunda Nabi-shallallahu alaihi wasallam-):

قَالَتْ آمِنَةُ: أَتَانِيْ آتٍ حِيْنَ مَرَّ بِيْ مِنْ حَمْلِيْ سِتَّةَ أَشْهُرٍ فَوَكَزَنِيْ بِرِجْلِهِ فِي الْمَنَامِ, وَقَالَ لِيْ: يَا آمِنَةُ إِنَّكِ قَدْ حَمَلْتِ بِخَيْرِ الْعَالَمِيْنَ طِرًّا, فَإِذَا وَلَدْتِيْهِ فَسَمِّيْهِ مُحَمَّدًا.......إلخ

“Aminah berkata:”Aku didatangi oleh seseorang ketika kehamilanku genap berusia 6 bulan, lalu orang itu mencolekku dengan kakinya dalam mimpiku, lalu berkata kepadaku:”Wahai Aminah, sesungguhnya engkau sedang mengandung manusia terbaik di alam semesta ini, maka apabila engkau melahirkan maka berilah dia nama Muhammad…”
Riwayat ini dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dari hadits Ibnu Abbas sebagaimana dikatakan oleh as-Suyuti dalam kitab”al-Khasa’ish al-Kubra” (1/81), lalu dia (as-Suyuti) berkata:”Riwayat ini dan dua riwayat sebelumnya mengandung “nakarah” (kemungkaran) yang sangat parah, tidak ada riwayat yang paling mungkar yang saya bawakan dalam kitab saya ini selain riwayat ini, sebenarnya hati saya ragu untuk membawakannya di sini tapi saya hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Abu Nu’aim.”
4-Penyambutan Nabi pada “Mahallul Qiyam”
Penulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka menyakini bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- hadir pada saat membaca shalawat  Barzanji ini, terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri)[3], hal itu sangat nampak sekali di awal qiyam (berdiri) membaca:

مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا  #   مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبًا

“Selamat datang, selamat datang, selamat datang  #  selamat datang wahai kakeknya Husain”.
Keyakinan ini diperjelas lagi dengan perkataan al-Barzanji pada halaman 137:

وَقَدْ سَنَّ أَهْلُ الْعِلْمِ وَالْفَضْلِ وَالتُّقَى  #  قِيَامًا عَلىَ الْأَقْدَامِ مَعَ حُسْنِ إِمْعَانِ
بِتَشْخِيْصِ ذَاتِ الْمُصْطَفَى وَهُوَ حَاضِرُ #  بِأَيِّ مَقَامٍ فِيْهِ يُذْكَرُ بَلْ دَانِ

“Para ulama yang mulia dan bertakwa menganjurkan   #   untuk berdiri disertai konsentrasi penuh (membayangkan)
Keberadaan jasad Nabi-shallallahu alaihi wasallam- yang selalu hadir  #  di manapun beliau disebut bahkan akan mendekat”
Keyakinan hadirnya jasad Nabi-shallallahu alaihi wasallam-pada acara-acara pembacaan shalawat berzanji dan maulid banyak diyakini oleh orang sufi, padahal beliau-shallallahu alaihi wasallam-telah meninggal berada di alam barzakh dan ruhnya dimuliakan Allah di dalam surga-Nya serta tidak mungkin kembali lagi ke dunia.
As-Sakhawi berkata:”Terjadinya kejadian ini (hadirnya Nabi setelah beliau meninggal) tidak pernah kami dengar baik dari sahabat dan generasi setelah mereka, padahal kesedihan mendalam yang menimpa Fathimah putri Nabi-shallallahu alaihi wasallam-ketika Ayahnya meninggal, sampai-sampai dia (Fathimah) meninggal enam bulan setelah meninggalnya Nabi-shallallahu alaihi wasallam-, walaupun demikian tidak ada yang mengatakan bahwasanya Nabi-shallallahu alaihi wasallam-datang (untuk menghibur putri beliau) padahal rumahnya berdekatan dengan kuburan Nabi-shallallahu alaihi wasallam”.[4]
Abdul Hayyi al-Laknawi berkata:”Di antara kisah yang palsu dan diada-adakan apa yang mereka sebutkan bahwa Nabi-shallallahu alaihi wasallam-hadir di majelis-majelis peringatan maulid (kelahiran) beliau, oleh karena itu mereka menganjurkan berdiri ketika disebutkan kisah kelahiran beliau-shallallahu alaihi wasallam- itu sebagai wujud penghormatan dan pemuliaan”.[5]
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata:”Sebagian orang menyangka bahwa Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-hadir di acara maulid, oleh karena itu mereka berdiri untuk menyambut dan mengucapkan selamat datang, ini adalah kebatilan yang besar dan kebodohan yang nyata, karena Nabi-shallallahu alaihi wasallam-tidak akan keluar dari kubur beliau sebelum hari kiamat, beliau tidak bisa berinteraksi dengan manusia dan tidak hadir di majelis-majelis manusia, beliau tetap berada di kubur beliau sampai hari kiamat, ruh beliau berada pada derajat yang tinggi di dalam surga, Allah berfirman:

ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ .ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ

 
“Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.(QS:al-Mukminun:15-16).
Nabi-shallallahu alaihi wasallam-juga bersabda:

أَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ الْأَرْضُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ، وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ وَلَا فَخْرَ

“Saya orang yang pertama keluar dari kuburannya pada hari kiamat, dan tanpa rasa sombong, saya adalah orang pertama yang memberi syafa’at dan orang pertama yang diberi izin untuk memberi syafa’at, dan tanpa rasa sombong”.[6]
Ayat yang mulia serta hadits di atas juga ayat-ayat serta hadits-hadits yang senada dengannya, semuanya menunjukkan bahwasanya Nabi-shallallahu alaihi wasallam-serta orang-orang yang telah mati selain beliau akan keluar dari kuburannya pada hari kiamat saja[7].
5-Sikap Ghuluw (berlebihan) dalam Memuji Nabi-shallallahu alaihi wasallam-
Al-Barzanji di halaman 135 melantunkan beberapa bait sya’ir yang kental dengan kesyirikan:

عَبْدُكَ الْمِسْكِيْنُ يَرْجُوْ #  فَضْلَكَ الْجَمَّ الْغَفِيْر
فِيْكَ قَدْ أَحْسَنْتُ ظَنِّي  #  يَابَشِيْرُ يَا نَذِيْر
فَأَغِثْنِي وَ أَجِرْنِي  #  يَا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْر
يَا غِيَاثِي يَامَلَاذِي  #  فِي مُلِمَّاتِ الْأُمُوْر

“Hambamu yang ini mengharapkan      #  karuniamu nan banyak melimpah
Hanya kepadamu aku berharap kebaikan  # wahai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan
Maka tolonglah aku dan selamatkanlah aku #  wahai pelindung dari neraka Sa’ir
Wahai penolongku dan pelindungku    #  dari perkara-perkara penting (keadaan susah dan genting)”.
Memuji dan menyanjung Nabi-shallallahu alaihi wasallam- adalah perkara yang diperintah dan disyari’atkan[8], yang dilarang adalah memuji beliau secara ghuluw (berlebihan) dengan mengangkatnya melebihi derajat kenabian dan menjadikannya sekutu bagi Allah-azza wa jalla- dalam perkara ghaib[9] dengan memohon dan berdo’a kepada beliau -shallallahu 'alaihi wa sallam- dan bersumpah dengan nama beliau-shallallahu 'alaihi wa sallam-ini semua merupakan sikap yang sangat dibenci Rasulullah-shallallahu alaihi wa sallam-sendiri, bahkan termasuk perbuatan syirik. Tindakan tersebut menyakiti serta menyelisihi petunjuk dan dakwah beliau -shallallahu 'alaihi wa sallam-, bahkan menyelisihi inti dan pokok ajaran Islam sendiri yaitu Tauhid. Nabi-shallallahu alaihi wa sallam-telah mengkhawatirkan akan terjadinya hal tersebut, beliau bersabda:


لَا تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيْسَى بْنَ مَرْيَم إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

“Janganlah kamu berlebihan dalam mengagungkanku sebagaimana kaum Nasrani berlebihan ketika mengagungkan Isa Ibnu Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah hamba dan utusan-Nya”.[10]
Lihatlah bagaimana sikap Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-kepada orang yang memuji beliau dengan pujian yang berlebih. Dari Anas-radiallahu anhu-dia berkata:

أَنَّ نَاسًا قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، يَا خَيْرَنَا وَابْنَ خَيْرِنَا، وَسَيِّدَنَا وَابْنَ سَيِّدِنَا, فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ. أَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ. مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُوْنِي فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِي أَنْزَلَنِيَ اللهُ.




“Ada sekelompok orang (datang kepada Nabi) lalu berkata:Wahai orang terbaik di antara kami dan anak orang terbaik di antara kami, sayyid kami dan anak dari sayyid kami, maka Nabi -shallallahu alaihi wa sallam-bersabda kepada mereka: “Katakanlah dengan perkataanmu atau sebagiannya, dan jangan biarkan syaitan menggelincirkanmu, saya adalah Muhammad -shallallahu alaihi wasallam-hamba dan utusan Allah, saya tidak suka kalian mengangkat (memuji) saya di atas kedudukan yang diberikan Allah kepada saya”.[11]
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-adalah manusia terbaik dan beliau-shallallahu alaihi wasallam- adalah sayyid, namun pujian yang berlebihan selalu tidak disukai oleh beliau[12], maka bagaimana reaksi Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bagi orang yang sampai menyamakan beliau dengan Allah dalam memberi perlindungan dari neraka dan pertolongan dari perkara sulit sebagaimana diucapkan oleh al-Barzanji?


[1] Dia sebutkan juga pada al-Barzanji (Natsr hlm.108).
[2] Barzanji Natsr hlm.105
[3] Yaitu pada halaman 134
[4] Al-Mawahib al-Laduniyah 5/295.
[5] Al-Aatsar al-Marfu’ah fil Akhbaaril Maudu’ah hlm.46
[6] HR.Muslim no.6079
[7] Hukmul Ihtifal bil Maulid an-Nabawi
[8] Allah-ta’ala-berfirman:
لِتُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُعَزِّرُوْهُ وَتُوَقِّرُوْهُ
“Supaya kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menolong (agama) nya dan menghormati (memuji beliau dengan tidak melebihi derajat beliau sebagai rasul dan hamba Allah)”.(al-Fath:9)
[9] Ketika ada seorang perempuan berada di depan Nabi-shallallahu alaihi wasallam-memuji dan menyanjung beliau dengan berlebihan seraya berkata:
وَفِيْنَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِيْ غَدٍ
“Di tengah-tengah kami ada Nabi yang mengetahu perkara yang akan terjadi esok hari”. Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-lantas melarangnya seraya bersabda:
لاَ يَعْلَمُ مَا فِيْ غَدٍ إِلاَّ اللهُ
“Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi besok kecuali Allah”.(HR.al-Bukhari no.5147)
[10] HR.Muslim no.3445
[11] HR.Ahmad 3/153,241,249 dishahihkan oleh al-Allamah Syaikh al-Albani dalam “Ghayatul Maraam fi Takhriij Ahadits al-Halal wal Haram” no.127
[12] Sebagian pengagum kitab Berzanji berdalih bahwa sebagian besar isi kitab Berzanji ini adalah shalawat, sedangkan kita diperintah oleh Allah untuk banyak-banyak bershalawat sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab:56.
Kita katakan bahwa tidak diragukan lagi bahwasanya bershalawat kepada Nabi-shallallahu alaihi wasallam-merupakan amal ibadah yang mulia sebagiamana amalan itu diperintahkan oleh Allah (sebagaimana dalam ayat yang disebutkan) dan dianjurkan juga oleh Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-:
1.       Beliau-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:”Sungguh celaka orang yang disebutkan namaku di sisinya namun tidak bershalwat kepadaku”.(HR.at-Tirmidzi 3545, Ahmad dalam al-Musnad 2/254, dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no.6).
2.       Beliau-shallallahu alaihi wasallam- juga bersabda:”Orang yang bakhil (pelit/kikir) adalah orang yang disebutkan namaku disisinya namun tidak bershalawat kepadaku”.(HR.at-Tirmidzi 3546, Ahmad 1/201, dishahihkan al-Albani dalam al-Irwa’ no.5).
3.       Beliau-shallallahu alaihi wasallam-juga bersabda:”Barangsiapa yang bershalawat untukku sekali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali”.(HR.Muslim no.284).
4.       Bershalawat kepada Nabi-shallallahu alaihi wasallam-adalah dzikir yang dengannya hati menjadi tentram sebagaimana firman Allah yang artinya:”Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tentram”.(QS:ar-Ra’du:28)
Namun keutamaan bershalwat ini tidak akan didapatkan oleh seseorang kecuali apabila dia bershalawat dengan ikhlas dan  benar, yaitu bershalawat dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-, bukan bershalawat dengan kalimat-kalimat yang isinya adalah pujian-pujian berlebih kepada Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam- serta  kalimat-kalimat syirik yang justru sangat dibenci oleh Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam- sendiri sebagaiman yang dikandung oleh kitab Berzanji ini-Allahu A’lam.

0 Response to "Kekeliruan-kekeliruan dalam Kitab Berzanji ( Bag.II )"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.