Kisah Alqamah Si Anak Durhaka?

Kisah ini lumayan masyhur dan populer, kisah Alqamah yang durhaka kepada ibunya yang telah tua renta di zaman Nabi-shallallahu alaihi wasallam-, namun apakah kisah ini shahih? Berikut ulasannya:
“ Diceritakan bahwa di zaman Nabi ada seorang pemuda bernama Alqamah, ia sangat rajin ibadah, melakukan shalat, puasa dan shadaqah, suatu hari dia jatuh sakit, lantas dia mengutus istrinya kepada Rasulullah untuk memberi tahukan keadaan Alqamah suaminya: “Suami saya Alqamah sedang sekarat”, maka Rasulullah mengutus Bilal dan Suhaib sembari berpesan:”Temui Alqamah dan bimbing dia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat”, maka merekapun bergegas dan benar saja Alqamah sedang sekarat, maka merekapun membimbingnya mengucap “La Ilaha Illallah”, namunAlqamah tidak mampu mengucapnya, maka merekapun mengirim utusan kepada Rasulullah untuk mengabari bahwa lisan Alqamah tidak mampu mengucap syahadat, kemudian Rasulullahpun bertanya:”Apa salah seorang dari orang tuanya masih hidup? Ada yang menjawab:”Ada wahai Rasulullah, ibunya sudah sangat tua masih hidup”, maka Rasulullah mengirim seorang utusan kepada ibunya Alqamah sembari berpesan:”Jika engkau mampu berjalan menemui Rasulullah maka segeralah datang, namun jika tidak mampu maka tetaplah di rumah, Rasulullah yang akan mendatangimu.”
Maka utusan tadipun datang kepada ibu Alqamah dan mengabarinya isi pesan Rasulullah, lantas ibu Alqamah berkata:”Jiwaku sebagai tebusan, saya jauh lebih pantas untuk mendatangi beliau.” Maka diapun berdiri dengan bersandarkan sebuah tongkat dan mendatangi Rasulullah, lantas mengucap salam dan Rasulullahpun menjawab salamnya, Rasulullah bersabda kepadanya:”Wahai Ummu Alqamah, jujurlah padaku jika kamu berdusta maka wahyu akan turun dari Allah (memberi tahu yang sebenarnya), bagaimana perilaku anakmu Alqamah? Dia menjawab:”Wahai Rasulullah, anaknya saya rajin shalat, rajin puasa dan rajin bershadaqah.” Rasulullah bertanya:”Bagimana sikapmu kepadanya? Dia menjawab:”Saya tidak ridha (murka) kepadanya.” Rasulullah bertanya:”Mengapa demikian? Ibu Alqamah menjawab:”Wahai Rasulullah, dia lebih mementingkan istrinya dan mendurhakai saya.”Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya kemurkaan ibunya Alqamah menghalangi lisan Alqamah dari mengucap syahadat, lantas beliau bersabda:”Wahai Bilal, berangkat dan kumpulkanlah kayu bakar” Ibu Alqamah berkata:”Wahai Rasulullah apa yang akan engkau lakukan? Beliau menjawab:”Aku akan membakarnya dengan api di depanmu.”ibu Alqamah berkata:”Aku tidak akan sanggup memikul beban jika engkau membakar anakku dan persisi di depan saya.” Rasulullah bersabda:”Wahai Ummu Alqamah, siksaan Allah jauh lebih berat dan kekal, jika engkau ingin anakmu diampuni Allah maka ridhailah dia, demi Allah shalat Alqamah, puasanya dan shadaqahnya tidak akan bermanfaat baginya selama engkau masih murka kepadanya”,Ibu Alqamah berkata:”Aku bersaksi kepada Allah, para mala’ikat-Nya serta semua yang hadir di sini bahwasanya aku telah ridha dengan anakku Alqamah”,Rasulullah bersabda:”Bergegaslah wahai Bilal, apakah sekarang dia sudah mampu atau belum membaca syahadat, saya kuatir Ummu Alqamah memaafkan anaknya karena rasa malunya kepada saya.” Maka Bilalpun bergegas dan diapun mendengar Alqamah mengucapkan “La Ilaha Illallah” dari dalam rumah, lantas Bilalpun masuk dan berkata:”Wahai manusia sesungguhnya murka ibunya Bilal telah menghalanginya dari mengucap syahadat, dan keridaannya telah melancarkannya membaca syahadat.” Kemudian Alqamahpun meninggal pada hari itu, kemudian Rasulullahpun hadir dan memrintahkan supaya dimandikan dan dikafani, lalu menshalatkannya dan menguburkannya, kemudian Rasulullah berdiri di samping kuburan Alqamah, sembari bersabda:”Wahai kaum Anshar dan Muhajirin, barangsiapa yang lebih mengutamakan istrinya atas ibunya maka dia akan mendapat laknat Allah, mala’ikat dan seluruh manusia, Allah tidak akan menerima tebusan atas dosa itu kecuali dia bertaubat lalu berbakti kepadanya dan meminta keridhaannya, karena ridha Allah ada pada keridhaannya, dan murka Allah ada pada murkanya.”
Riwayat Alqamah dengan lafadz seperti ini dibawakan oleh imam az-Dzahabi dalam “al-Kaba’ir”  hlm.34 yaitu dosa besar yang ke-8.

Derjat Hadits: Hadits/riwayat ini adalah batil, walaupun banyak dibawakan oleh para khatib dan penceramah, mirip dengan kisah “Tsa’labah” , dibawakan juga oleh para pengajar-pengajar di sekolah untuk melariskan apa yang mereka namakan “Hari Ibu”.

Siapa Alqamah?
Alqamah pada kisah ini adalah fiktif, dibuat-buat oleh para pengarang hadits, karena para sahabat yang bernama Alqamah berlepas diri dari kisah jelek semacam ini, jika kita menelaah tarjamah (biografi) para sahabat yang bernama Alqamah di dalam al-Ishabah (4/262), Usdul Ghabah (4/81), anda tidak akan menemukan kisah semacam ini, oleh karena itu dalam kisah di atas Alqamah hanya disebutkan begitu saja tanpa menyebut nasabnya atau kunyahnya, pekerjaannya dan seterusnya.

Takhrij Hadits
Kisah ini dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam “al-Maudu’at” (3/87), al-Uqaili dalam “ad-Dhu’afaul Kabiir” (3/461), al-Khara’iti dalam “Masawi’ul Akhlaq” , al-Baihaki dalam ”Syu’abul Iman” , at-Thabrani dalam “al-La’ali’ al-Mashnu’ah” (2/296) as-Suyuti menyebutkan kisah ini disertai sanadnya pada mereka.
Ibnul Jauzi berkata:”Hadits yang tidak shahih, pada sanadnya ada Fa’id.”
Imam Ahmad bin Hambal berkata:”Fa’id ini matrukul hadits (haditsnya ditinggalkan).”
Al-Baihaqi berkata:”Fa’id menyendiri dalam meriwayatkannya.”
Fa’id ini adalah Fa’id bin Abdurrahman al-Attar Abur Warqa’ sebagaimana dalam “Syu’abul Iman” (7892).
Imam al-Bukhari dalam “ad-Dhu’afa as-Shagiir” (no.299) berkata:”Munkarul Hadits (haditsnya munkar).” An-Nasa’I berkata dalam “ad-Dhu’afa’ wal Matrukin” (no.487):”Fa’id matrukul hadits (haditsnya ditinggalkan).”

Pengganti Riwayat/Kisah Ini
Banyak dalil yang bisa dijadikan sebagai pengganti dari kisah lemah bahkan batil semacam ini, jangan jauh-jauh firman Allah di dalam al-Qur’an:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا

“Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya.” (al-Ahqaf:15)

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوْا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا, إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا, وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

عَنْ كَعْب بْنِ عُجْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ-صلى الله عليه وسلم-:اُحْضُرُوا الْمِنْبَرَ, فَحَضَرْنَا, فلمَّا ارْتَقَى الدُّرْجَةَ, قال: آمين, ثُمَّ ارْتَقَى الدُّرْجَةَ الثَّانِيَةَ فَقَالَ: آمين , ثُمَّ ارْتَقَى الدُّرْجَةَ الثَّالِثَةَ فَقَاَل:آمين, فَلَمَّا فَرَغَ نَزَلَ عَنِ الْمِنْبَرِ, قال: فَقُلْنَا لَهُ: يا رسول الله لَقَدْ سَمِعْنَا مِنْكَ الْيَوْمَ شَيْئًا مَا كُنَّا نَسْمَعُهُ, قال: إِنَّ جِبْرِيْلَ عَرَضَ لِيْ فَقَالَ: بَعُدَ مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ, فَقُلْتُ:آمين, فَلَّما رَقَيْتُ الثَّانِيَةَ قال: بَعُدَ مَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ, فَقُلْتُ آمين, فَلَمَّا رَقَيْتُ الثَّالِثَةَ قال: بَعُدَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ الْكِبَرُ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ, فَقُلْتُ:آمين.

“Dari Ka’ab bin Ujrah dia berkata:Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:”Hadirlah kalian di depan mimbar”, maka kamipun hadir, lalu ketika beliau menaiki tangga mimbar pertama, beliau berkata:”Amiin”, lalu beliau menaiki tangga mimbar yang kedua, beliau berkata:Amiin”, lalu tangga mimbar yang ketiga, beliau juga mengatakan:”Amiin”, lantas ketika beliau selesai berpidato beliau turun mimbar, lalu kami bertanya kepada beliau:”Hari ini kami telah mendengar suatu hal yang kami tidak pernah mendengarnya sebelumnya darimu? Beliau menjawab:”Tiba-tiba Jibril datang kepada saya, lalu berkata:”Jauhlah (dari rahmat Allah) orang yang mendapati bulan Ramadhan, akan tetapi dosanya tidak terampuni”. Akupun berujar:”Amiin”, ketika aku naik tangga yang kedua, Jibril berkata:”Jauhlah (dari rahmat Allah) orang yang engkau disebut didepannya lantas tidak bershalawat kepadamu”. Akupun mengatakan:”Amiin”, kemudian aku naik tangga yang ketiga dan Jibril berkata:”Jauhlah (dari rahmat Allah) orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya telah tua renta, lalu mereka/salah satu dari mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam surga” lantas akupun berkata:”Amiin”.[1]


عن المغيرة بن شعبة عن النبي-صلى الله عليه وسلم- قال:إِنَّ اللهَ تعالى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ : عُقُوْقَ الْأُمَّهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتٍ, وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقالَ, وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.

“Dari al-Mughirah bin Syu’bah dari Nabi-shallallahu alaihi wasallam-, beliau bersabda:”Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh anak perempuan, tidak mau memberi tapi suka diberi, dan membenci bagi kalian: banyak bicara, banyak bertanya dan menghamburkan harta benda”.[2]

عن أبي بكرة قال:قال رسول الله-صلى الله عليه وسلم-: أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثًا؟ قُلْنَا:بَلىَ يَارَسُوْلَ اللهِ. قال: اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ, وَعُقُوْقُ الْوَاِلدَيْنِ, وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ, أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ, فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا:لَيْتَهُ سَكَتَ.

“Dari Abu Bakrah dia berkata:”Rasulullah bersabda: “Maukah saya beri tahu kalian dosa besar yang paling berat (beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali), kami menjawab:”Mau wahai Rasulullah”. Beliau bersabda:”Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, ketika itu beliau berbicara sambil duduk lantas beliau berdiri dan bersabda: “Begitu juga perkataan dusta, dan persaksian dusta” senantiasa beliau ulangi, sampai-sampai kami berkata:”Seandainya beliau cukupkan”.[3]

عن أنس قال: قال رسول الله-صلى الله عليه وسلم-:بَابَانِ مُعَجَّلاَنِ عُقُوْبَتُهُمَا فِي الدُّنْيَا:اَلْبَغْيُ وَاْلعُقُوْقُ

“Ada dua pintu (dosa) yang hukumannya dipercepat di dunia: kezaliman dan durhaka kepada kedua orang tua”.[4]


[1] Dikeluarkan oleh al-Jahdomi dalam “Fadhlus Shalat alan Nabi” no.19, begitu juga oleh at-Thabari dalam “al-Mu’jamul Kabiir” (2/243, 2022).
[2] Muttafaq Alaih
[3] Muttafaq Alaih
[4] As-Shahihah no.1120.

0 Response to "Kisah Alqamah Si Anak Durhaka?"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.