Melanjutkan
tulisan tentang keabsahan riwayat Masyitah (tukang sisir) dan Fir’aun,
sebenarnya riwayat Ibnu Abbas )di artikel bag.I(
mempunyai syahid (penguat) dari jalan Ubai bin Ka’ab:
عَنْ
أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ-صلى الله عليه وسلم-أَنَّهُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ
بِهِ, وَجَدَ رِيْحًا طَيِّبَةً, فَقَالَ: يَاجِبْرِيْلُ, مَا هَذِهِ الرِّيْحُ
الطَّيِّبَةُ؟ قَالَ هَذِهِ رِيْحُ قَبْرِ الْمَاشِطَةِ وَابْنَيْهَا وَزَوْجِهَا.
وَقَالَ: وَكَانَ بَدْءُ ذَلِكَ...
“Dari
Ubai bin Ka’ab dari Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bahwasanya pada
malam beliau isra’ mi’raj, beliau mencium bau harum semerbak, beliau lantas
berkata:”Wahai Jibril, bau harum semerbak apa ini? Jibril menjawab: “Ini adalah
bau semerbak kuburan masyitah (tukang sisir Fir’aun), kedua anaknya dan
suaminya.dia berkata:”Peristiwa ini mulai…”
Riwayat
ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya (2/1337, 4030)
قال:حدثنا
هشام بن عمار, ثنا الوليد بن مسلم, ثنا سعيد بن بشير, عن قتادة عن مجاهد عن
ابن عباس عن أبي بن كعب عن رسول الله فذكره
Ibnu
Majah-rahimahullah-berkata:”Kami diceritakan oleh Hisyam bin Ammar, kami
diceritakan oleh al-Walid bin Muslim, kami diceritakan oleh Sa’id bin
Basyir, dari Qatadah dari Mujahid dari Ibnu Abbas dari Ubai bin Ka’ab dari
Rasulullah dan seterusnya.
Namun
kisah ini sangat dha’if sehingga tidak bisa dijadikan penguat untuk
riwayat pertama, dha’ifnya riwayat ini disebabkan hal di bawah ini:
a.
Qatadah
ini termasuk rawi yang mudallis sedangkan di sini dia periwayatannya di
sini mu’anan (dia meriwayatkan dengan lafadz عن
فلان عن فلان –dari fulan dari
fulan-bukan dengan lafadz حدثنا فلان –kami diceritakan oleh fulan-) sehingga seorang mudallis
yang meriwayatkan dengan lafadz seperti ini tidak di terima haditsnya (lihat al-Mizan
3/380).
b.
Perawi
yang bernama Sa’id bin Basyir al-Azdi, al-Hafidz Ibnu Hajar mencantumkannya
dalam at-Tahdzib (4/8) lalu berkata: Abu Mushir berkata tentangnya
(Sa’id bin Basyir):
لَمْ
يَكُنْ فِيْ جُنْدِنَا أَحْفَظَ مِنْهُ , وَهُوَ ضَعِيْفٌ مُنْكَرُ الْحَدِيْثِ
“Tidak ada orang yang lebih hafidz di pasukan
kami selain dia (Sa’id), walaupun demikian dia itu dha’if dan haditsnya
munkar.”
وقال
الساجي: حدث عن قتادة بمناكير, وقال محمد بن عبد الله بن نمير:منكر الحديث ليس
بشيء , ليس بقوي الحديث يروي عن قتادة المناكير.
As-Saji berkata:”Dia meriwayatkan dari Qatadah hadits-hadits
munkar”, Muhammad bin Abdullah bin Numair berkata:”Orang ini haditsnya munkar,
tidak ada apa-apanya, haditsnya tidak kuat, dia meriwayatkan hadits-hadits
munkar dari Qatadah.”
Ibnu Hibban mencantumkannya dalam kitab “al-Majruhin”
(1/315) lalu mengatakan:
كان
رديئ الحفظ فاحش الخطأ يروي عن قتادة ما لا يتابع عليه
“(Sa’id bin Basyir) hafalannya jelek,
kesalahannya fatal, dia meriwayatkan hadits-hadits yang tidak bisa dijadikan
penguat dari Qatadah.”
c.
Karena
riwayat ini lemah dan tidak bisa dijadikan penguat bahkan ini termasuk hadits
munkar yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Basyir dari Qatadah, maka az-Dzahabi
dalam “al-Mizan” (2/128/3143) membawakan riwayat ini sebagai contoh
hadits munkar oleh Sa’id bin Basyir.
Melanjutkan
pembahasan tentang lemahnya riwayat Hammad bin Salamah dari Atha’ bin Sa’ib, Syaikh
al-Albani mendha’ifkan hadits yang diriwayatkan dari jalan Hammad bin Salamah
dari Atha’[1]
karena alasan yang kami sebutkan dahulu, sebagaimana juga yang dilakukan oleh
imam an-Nawawi sebagaimana diceritakan oleh as-Syaukani dalam “Nailul Authar”
(1/372).
Beliau
(Syaikh al-Albani) juga mengatakan “ad-Dha’ifah” (3/165):”Sebagian
perawi mendengar (meriwayatkan) dari seorang yang mukhtalith sebelum dan
setelah ikhtilath, di antaranya adalah Hammad bin Salamah meriwayatkan
dari Atha’ sebelum dan sesudah ikhtilath sebagaimana dikuatkan oleh Ibnu
Hajar dalam “at-Tahdzib”, oleh karena itu haditsnya tidak bisa dijadikan
hujjah jika meriwayatkan dari Atha’ walaupun sebagian ulama masa kini
menyelisihi hal ini, semoga Allah mengampuni kita dan mereka.”
Fa’idah
Penting
Dalam
penggalan terakhir riwyat Abdullah bin Abbas hadits Masyitah yang telah kami
bawakan di katakan:
قَالَ
ابْنُ عَبَّاسٍ: تَكَلَّمَ أَرْبَعَةُ صِغَارٍ, عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ-عَلَيْهِ
السَّلَامُ-وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ, وَشَاهِدُ يُوْسُفَ, وَابْنُ مَاشِطَةِ ابْنَةِ فِرْعَوْنَ.
Ibnu
Abbas berkata:”Ada empat anak kecil yang bisa bicara, Isa bin Maryam-alaihis
salam-, anak kecil dalam kisah Juraij, saksi Nabi Yusuf dan putra Masyitah
(tukang sisir) putri Fir’aun.”
Kesimpulan
yang bisa kita ambil bahwa penggalan ini termasuk riwayat Ibnu Abbas dari jalan
Hammad bin Salamah dari Atha’ yang kami katakan riwayatnya tidak bisa diterima
karena alasan yang telah disebutkan, juga penggalan ini mauquf karena
terhenti pada Ibnu Abbas, lafadz riwayat ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir
dalam Tafsirnya (7/212, cet. Darul Ghadd):
قال:
حدثنا ابن وكيع قال: حدثثنا العلاء بن عبد الجبار عن حماد بن سلمة عن عطاء بن السائب
عن سعيد بن جبير عن ابن عباس قال:تكلم أربعة في المهد وهم صغار: ابن ماشطة فرعون و
شاهد يوسف وصاحب جريج وعيسى بن مريم –عليه السلام-
At-Thabari
berkata:”Kami diceritakan oleh Ibnu Waqi’, dia berkata:”al-Ala’ bin Abdul
Jabbar menceritakan kami, dari Hammad bin Salamah dari Atha’ bin Sa’ib dari Sa’id
bin Jubair dari Abdullah bin Abbas, dia berkata:”Ada empat orang anak kecil
yang bisa berbicara: anak masyitahnya Fir’aun, saksi Nabi Yusuf, anak dalam
kisah Juraij dan Isa bin Maryam-alaihis salam-.”
Namun
al-Albani mengatakan bahwa riwayat ini batil dalam ad-Dha’ifah (2/272)
beralasan dengan apa yang kami paparkan terdahulu mengenai periwayatan Hammad
dari Atha’, wallahu a’lam.
0 Response to "Kisah Tukang Sisir Fir'aun-Masyitah- (Bag.II)"
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.