Hukum Berdo'a dengan Mengangkat Tangan Setelah Shalat Fardhu

Ada pertanyaan berbunyi: ”Apa hukum berdo’a setelah selesai shalat fardhu dengan mengangkat tangan?


Jawab:
Pertanyaan ini bisa dibagi menjadi dua bagian:
Berdo’a Selesai Shalat
Tidak mengapa bagi seseorang, apabila telah selesai shalat untuk berdo’a dengan catatan setelah dia selesai membaca dzikir yang disyari’atkan setelah salam dari shalat, Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari sahabat Abu Umamah-radiallahu anhu-dia berkata:

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ-: أَيُّ الدُّعَاءِ أَسمَعُ؟ قَالَ: جَوفُ الّليلِ الآخِرِ, وَدُبُرُ الصَّلَواتِ المَكتُوبَاتِ

“Ada yang bertanya kepada Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-: Doa mana yang paling didengar (oleh Allah)? Beliau menjawab:”(Berdo’a) di tengah malam dan berdo’a setelah selesai shalat fardhu”[1].
Ibnul Qayyim-rahimahullah-berkata:

هاهنا نكتة لطيفة, وهو أن المصلي إذا فرغ من صلاته وذكر الله وهلله وسبحه وحمده وكبره بالأذكار المشروعة عقيب الصلاة : استُحب له أن يصلِّي على النبي صلى الله عليه وسلم بعد ذلك, ويدعو بما شاء, ويكون دعاؤه عقيب هذه العبادة الثانية, لا لكونه دبر الصلاة, فإن كل مَن ذكر الله وحمده وأثنى عليه وصلَّى على رسول الله صلى الله عليه وسلم, استُحب له الدعاء عقيب ذلك, كما في حديث فضالة بن عبيد:(( إذا صلى أحدكم ، فليبدأ بحمد الله والثناء عليه, ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم, ثم ليدع بما شاء)). قال الترمذي: حديث صحيح.

“Di sini ada mutiara fa’idah istimewa, yaitu apabial seseorang telah selesai shalat lalu dia berdzikir kepada Allah, mengucap tahlil, tasbih, tahmid dan takbir sesuai dengan lafadz-lafadz dzikir yang disyari’atkan setelah shalat, setelah itu dia disunnahkan untuk bershalawat kepada Nabi-shallallahu alaihi wasallam-setelah itu lalu berdo’a dengan do’a yang ia inginkan, maka do’anya ini dianggap dilakukan setelah ibadah kedua (yaitu dzikir setelah shalat), bukan semata-mata setelah selesai shalat, karena setiap orang yang berdzikir kepada Allah, menyanjung dan memuji-Nya lalu bershalawat kepada Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-disunnahkan baginya untuk berdo’a setelah itu, sebagaimana dalam hadits Fadhalah bin Ubaid:

إذا صلى أحدكم ، فليبدأ بحمد الله والثناء عليه, ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم, ثم ليدع بما شاء

“Apabila seseorang dari kalian berdo’a, hendaknya dia mulai dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bershalawat kepada Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-lalu hendaknya dia berdo’a sekehendaknya”. Imam at-Tirmidzi mengatakan:”Hadits ini shahih”[2].
Sebagian orang mengatakan bahwa Ibnul Qayyim melarang do’a setelah selesai shalat, padahal jika dilihat dari perkataan beliau di atas beliau malah menyatakannya sunnah namun dilakukan setelah membaca dzikir-dzikir yang dibaca setelah shalat.
Ibnu Hajar-rahimahullah-mengatakan:

وفهم كثير ممن لقيناه من الحنابلة أن مراد ابن القيم نفي الدعاء بعد الصلاة مطلقاً , وليس كذلك, فإن حاصل كلامه أنه نفاه بقيد استمرار استقبال القبلة وإيراده بعد السلام , أما إذا انفتل بوجهه وقدَّم الأذكار المشروعة: فلا يمتنع عنده الإتيان بالدعاء حينئذ.

“Banyak para pengikut madzhab hanbali memahami bahwa maksud Ibnul Qayyim dilarang berdo’a setelah shalat secara mutlak, padahal kesimpulan ini salah, sesungguhnya inti perkataan Ibnul Qayyim bahwa beliau melarang apabila (imam) langsung berdo’a terus-menerus hadap kiblat setelah salam (dari shalat), adapun jika dia memalingkan wajah (menghadap makmum) lalu mendahulukan dzikir-dzikir yang disayri’atkan (setelah shalat): maka ini tidak dilarang menurut beliau untuk berdo’a setelah itu”[3].
Apa Hukum Berdo’a Dengan Mengangkat Tangan Setelah Shalat Fardhu?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh al-Lajnah ad-Da’imah (Komisi Fatwa KSA) dengan redaksi sebagai berikut:

هل الدعاء بعد صلاة الفرض سنة؟ وهل الدعاء مقرون برفع اليدين؟ وهل ترفع مع الإمام أفضل أم لا؟
الجواب:
ليس الدعاء بعد الفرائض بسنة إذا كان ذلك برفع الأيدي, سواء كان من الإمام وحده أو المأموم وحده أو منهما جميعا, بل ذلك بدعة, لأنه لم ينقل عن النبي صلى الله عليه وسلم ولاعن أصحابه رضي الله عنهم, أما الدعاء بدون ذلك فلا بأس به لورود بعض الأحاديث في ذلك.

“Apakah berdo’a setelah shalat fardhu itu sunnah? Apakah berdo’a ketika itu disertai dengan mengangkat tangan? Apakah do’a dengan mengangkat tangan tadi lebih afdhal dilakukan bersama imam?
Jawab:
“Berdo’a setelah shalat fardhu tidak termasuk sunnah jika dilakukan dengan mengangkat tangan, baik dilakukan oleh imam sendiri atau makmum sendiri atau makmum dan imam bersama-sama, bahkan ini termasuk bid’ah, karena tidak pernah dinukil (perbuatan ini) dari Nabi-shallallahu alaihi wasallam- dan dari para sahabat beliau-radiallahu anhum-, adapun berdo’a tanpa dibarengi hal itu (mengangkat tangan) maka ini tidak mengapa karena ada hadits terkait hal itu”[4].
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz-rahimahullah-(Ketua al-Lajnah ad-Da’imah, Mufti Umum KSA di masa lampau) berkata:

رفع الأيدي في الدعاء من أسباب الإجابة في أي مكان, يقول صلى الله عليه وسلم:(( إن ربكم حيي سِتِّير يستحي من عبده إذا رفع يديه إليه أن يردهما صفرا)) ويقول صلى الله عليه وسلم:(( إن الله تعالى طيب لا يقبل إلا طيبا, وإن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين فقال تعالى: ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ)) وقال سبحانه: ((يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا)) ثم ذكر الرجل يطيل السفر أشعث أغبر, يمد يديه إلى السماء, يا رب ، يا رب, ومطعمه حرام, ومشربه حرام, وملبسه حرام, وغذي بالحرام, فأنى يستجاب له, رواه مسلم في صحيحه.

“Mengangkat tangan ketika berdo’a termasuk salah satu sebab dikabulkannya do’a di manapun orang itu berada, Nabi-shallallahu alaihi wasallam-bersabda: “Sesungguhnya Rabb kalian maha maha malu dan maha menutupi, Dia malau dari hamba-Nya, bila ia mengangkat kedua tangannya lalu mengembalikannya dalam keadaan kosong”. Beliau juga bersabda:”Sesungguhnya Allah maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan Allah memerintahkan kaum mukminin sebaaimana perintahnya kepada para Rasul, Dia berfirman:”Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik-baik berupa apa yang kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah”, dan Dia berfirman:”Wahai para rasul makanlah dari makanan yang baik-baik dan lakukanlah amal shalih”. Kemudian Rasulullah menyebut seorang laki-laki yang melakukan safar yang jauh, dengan rambut acak-acakan dan berdebu, menengadahkan tangannya ke langit, wahai Rabb… wahai Rabb…, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakainnya haram, tubuhnya tumbuh dari barang haram, maka bagaimana do’anya bisa terkabul” . Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya.

فجعل من أسباب الإجابة رفع اليدين, ومن أسباب المنع, وعدم الإجابة: أكل الحرام والتغذي بالحرام, فدل على أن رفع اليدين من أسباب الإجابة, سواء في الطائرة أو في القطار أو في السيارة أو في المراكب الفضائية, أو في غير ذلك, إذا دعا ورفع يديه, فهذا من أسباب الإجابة إلا في المواضع التي لم يرفع فيها النبي صلى الله عليه وسلم فلا نرفع فيها, مثل خطبة الجمعة, فلم يرفع فيها يديه, إلا إذا استسقى فهو يرفع يديه فيها, كذلك بين السجدتين وقبل السلام في آخر التشهد لم يكن يرفع يديه صلى الله عليه وسلم فلا نرفع أيدينا في هذه المواطن التي لم يرفع فيها صلى الله عليه وسلم.

“Maka Nabi menjadikan di antara sebab dikabulkannya do’a adalah mengangkat kedua tangan dan di antara sebab terhalang dan tidak terkabulnya do’a adalah: memakan barang haram dan tumbuh darinya, jadi ini menunjukkan bahwa mengangkat tangan termasuk salah satu sebab dikabulkannya do’a, baik dia berdo’a di pesawat, di kereta api, di mobil, di pesawat luar angkasa atau tempat lainnya, jika dia berdo’a lalu mengangkat kedua tangannya ini termasuk sebab terkabulnya do’a, kecuali pada tempat/kondisi di mana Nabi-shallallahu alaihi wasallam-tidak mengangkat kedua tangan beliau (ketika berdo’a) maka kita tidak perlu mengangkat tangan; seperti (berdo’a) ketika khutbah jum’at, Nabi tidak mengankat kedua tangan beliau, kecuali jika istisqa’ (meminta hujan), maka beliau mengangkat kedua tangan beliau, begitu juga ketika duduk antara dua sujud dan sebelum salam di akhir tasyahhud, Nabi tidak pernah mengangkat tangan beliau, maka kitapun tidak perlu mengangkat tangan pada kondisi/tempat di mana Nabi tidak mengangkat kedua tangan beliau-shallallahu alaihi wasallam-.

لأن فعله حجة, وتركه حجة, وهكذا بعد السلام من الصلوات الخمس, كأن يأتي بالأذكار الشرعية ولا يرفع يديه, فلا نرفع في ذلك أيدينا اقتداء به صلى الله عليه وسلم, أما المواضع التي رفع صلى الله عليه وسلم فيها يديه, فالسنة فيها رفع اليدين تأسيا به صلى الله عليه وسلم ولأن ذلك من أسباب الإجابة, وهكذا المواضع التي يدعو فيها المسلم ربه ولم يرد فيها عن النبي رفع ولا ترك , فإنا نرفع فيها للأحاديث الدالة على أن الرفع من أسباب الإجابة كما تقدم.

“Karena perbuatan beliau adalah hujjah, jika beliau meninggalkan sesuatu juga hujjah, begitu juga setelah salam dari shalat lima waktu, misalnya ketika beliau membaca dzikir-dzikir yang disyari’atkan beliau tidak mengangkat tangan, maka kita juga tidak perlu mengangkat tangan semata-mata untuk meneladani beliau-shallallahu alaihi wasallam-, adapun kondisi/tempat di mana Nabi mengangkat kedua tangan beliau saat itu, maka yang disunnahkan adalah kita mengangkat kedua tangan kita demi meneladani Nabi-shallallahu alaihi wasallam-, dan ini juga termasuk salah satu sebab dikabulkannya do’a, begitu juga keadaan di mana seorang muslim mau berdo’a kepada Rabbnya dan tidak dinukil bahwa pada keadaan itu Nabi mengangkat atau tidak mengangkat kedua tangan beliau, maka kita mengangkat kedua tangan kita dikarenakan adanya hadits-hadits yang menunjukkan bahwa di antara sebab dikabulkannya do’a adalah mengangkat tangan sebagaimana telah dijelaskan”[5].


[1] HR.at-Tirmidzi 3499 dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi, para ulama mengatakan lafadz “Duburas Shalatil Maktubat” bisa maksudnya setelah selesai salam dari sahalat fardhu atau setelah selesai tasyahhud sebelum salam dari shalat fardhu.
[2] Zaadul Ma’ad 1/258.
[3] Fathul Baari 11/134.
[4] Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah lil Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta’ (7/103).
[5] Majmu Fatawa Syaikh Abdul Aziz bin Baaz (6/158).

0 Response to "Hukum Berdo'a dengan Mengangkat Tangan Setelah Shalat Fardhu"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.