Hukum Seputar Istirqa' (Meminta Diruqyah)

Ada sebuah pertanyaan berbunyi: “Apakah meminta diruqyah menyebabkan seseorang tidak termasuk dalam orang-orang yang masuk surga tanpa dihisab?

Jawab:
Dalam hadits yang shahih disebutkan:

هَذِهِ أُمَّتُكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ هَؤُلاءِ سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ... قَالَ: هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ وَلا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ...

“…(Ada yang berkata kepada Rasulullah) ini adalah ummatmu, ada 70000 di antara mereka yang akan masuk surga tanpa hisab…Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:”Mereka (yang masuk surga tanpa hisab) itu adalah (ummatku) yang tidak minta diruqyah, tidak bertatayyur, tidak berobat dengan kay dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka…”[1].
Ibnul Qayyim-rahimahullah-berkata:

وذلك لأن هؤلاء دخلوا الجنة بغير حساب لكمال توحيدهم, ولهذا نفى عنهم الاسترقاء وهو سؤال الناس أن يرقوهم, ولهذا قال: "وعلى ربهم يتوكلون" فلكمال توكلهم على ربهم وسكونهم إليه وثقتهم به ورضاهم عنه وإنزال حوائجهم به لا يسألون الناس شيئا لا رقية ولا غيرها ولا يحصل لهم طيرة تصدهم عما يقصدونه, فإن الطيرة تنقص التوحيد وتضعفه.

“Mereka masuk surge tanpa hisab disebabkan karena kesempurnaan tauhid (dan tawakkal) mereka, oleh karena itu mereka tidak melakukan “Istirqa’ yaitu meminta orang lain meruqyah dirinya, oleh sebab itu beliau mengatakan ”dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka” , maka disebabkan kesempuranaan tawakkal mereka kepada Rabb mereka, tenangnya mereka kepada-Nya, kepercayaan penuh mereka kepada-Nya, keridahaan mereka kepada-Nya serta mereka hanya meminta seluruh keperluan hanya kepad-Nya, mereka tidak meminta sesuatu kepada manusia, tidak ruqyah dan tidak pula yang lainnya, (di antara sifat mereka juga) tidak melakukan tatayyur yang menyebabkan mereka tidak jadi melakukan sesuatu, karena tatayyur ini menguangi tauhid dan melemahkannya”[2]. 
Ulama al-Lajnah ad-Da’imah (Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) mengatakan:

المراد: أنهم لا يطلبون من غيرهم أن يرقيهم, ولا أن يكويهم, بل يتوكلون على الله,  ويعتمدون عليه في كشف ما بهم ودفع ما يضرهم, وإيصال ما به نفعهم.

“Maksud hadits ini adalah: Mereka tidak meminta kepada orang lain untuk meruqyah mereka, mengkay mereka namun mereka bertawakkal kepada Allah dan bergantung pada-Nya untuk menyembuhkan kesusahan (penyakit) mereka dan meminta kebaikan hanya kepada-Nya”[3].
Jadi apabila seseorang meruqyah orang lain maka ada dua keadaan.
§  Pertama: dia melakukannya dengan inisiatif sendiri tanpa diminta oleh orang yang diruqyah, maka ini adalah perbuatan baik dari orang yang meruqyah itu kepada temannya dan dia mendapat pahala atas kebaikannya ini
§  Kedua: orang yang meruqyah melakukannya karena diminta oleh orang yang mau diruqyah, maka ini makruh dan mengurangi niali tawakkal orang tersebut, karena termasuk tanda sempurnanya tawakkal seseorang dia tidak meminta sesuatu kepada manusia. Dengan demikian dia tidak termasuk dalam 70000 orang yang akan masuk surga tanpa hisab berdasarkan hadits di atas.

Apakah Meminta Diruqyah Haram?
Tidak haram namun ia telah meninggalkan pilihan yang lebih afdhal, Ulama al-Lajnah sekali lagi mengatakan:

طلب الدعاء وطلب الرقية مباحان, وتركهما والاستغناء عن الناس وقيامه بهما لنفسه أحسن.

“Meminta untuk dido’akan dan meminta diruqyah boleh-boleh saja, walaupun meninggalkannya dan mencukupkan diri dari manusia serta melakukannya (ruqyah itu) sendiri kepada dirinya jauh lebih baik”[4].

Jika Terpaksa, Tidak Ada Obat Lain…
Barangsiapa yang istiqamah di atas agama Allah, meninggalkan perkara yang diharamkan Allah dan menunaikan apa yang diwajibkan Allah, lalu dia sangat butuh untuk minta diruqyah (terpaksa), maka boleh saja dia minta diruqyah dan harapan kita dia tetap termasuk dalam 70000 orang yang masuk surge tanpa hisab.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata:

السبعون ألفا هم الذين استقاموا على دين الله, وتركوا محارم الله, وأدوا ما أوجب الله, ومن صفاتهم الطيبة: عدم الاسترقاء, ولكن الاسترقاء لا يمنع كونه من السبعين ألفا, والاسترقاء: طلب الرقية, وإذا دعت الحاجة إلى هذا فلا بأس, النبي -صلى الله عليه وسلم- أمر عائشة أن تسترقي, وأمر أم أولاد جعفر أن تسترقي لأولادها ، فلا حرج في ذلك. وإذا دعت الحاجة إلى الكي فلا بأس أن يكتوي, لكن تركه أفضل, إذا تيسر غيره.

“70000 orang (yang masuk surge tanpa hisab) itu adalah mereka yang istiqamah di atas agama Allah, meninggalkan perkara haram, melaksankan apa yang diwajibkan Allah, dan di antara sifat mereka: tidak “Istirqa’, namun “Itirqa’ ini tidak menghalangi untuk menjadikan seseorang termasuk dalam 70000 tadi, “Istirqa’ adalah meminta untuk diruqyah, apabila seseorang butuh untuk diruqyah ini maka tidak mengapa (dia meminta), Nabi-shallallahu alaihi wasallam-pernah menyuruh  A’isyah minta diruqyah, begitu juga beliau pernah menyuruh istri Ja’far meminta supaya anaknya diruqyah, tidak mengapa. Begitupula apabila seseorang butuh dikay, maka tidak mengapa walaupun meninggalkannya lebih baik jika ada obat selainnya”[5]. Allahu a’lam.


[1] HR.al-Bukhari no.6472, Muslim no.220
[2] Zaadul Ma’ad 1/475.
[3] Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah 24/397.
[4] Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah 24/261
[5] Fatawa Nuur alad Darbi 1/76

0 Response to "Hukum Seputar Istirqa' (Meminta Diruqyah)"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.