Sholawat Nariyah/Qasidah Burdah di Mata Para Ulama

sholawat nariyah menurut ulama
Al-Burdah atau Qasidah Burdah[1] sebuah mandzumah[2] terkenal yang juga populer dengan sebutan “Sholawat Nariyah”, tak pelak sholawat nariyah ini sering kita dengar bahkan tidak sedikit orang yang telah menghafal beberapa baitnya diluar kepala, bukan hanya di tanah air, namun terkenal sampai berbagai belahan dunia khususnya negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, DR.Zaki Mubarak mengatakan:”Adapun pengaruh besar Burdah ini dalam pengkajian maka bisa dilihat dari perhatian besar yang diberikan oleh para ulama al-Azhar dengan mengadakan kajian hasyiah (catatan pinggir/penjelasan
)  al-Bajuuri pada hari kamis dan jum’at, sebuah pengajian yang dihadiri oleh mayoritas mahasiswa”[3]. Namun di tengah perhatian yang begitu besar terhadap sholawat nariyah atau Burdah ini, kita bertanya apa sebenarnya isi kandungan dari sholawat nariyah? Apakah ada keistimewaan tertentu padanya sehingga sebagian kaum muslimin berbondong-bondong menjadikannya bacaan istimewa yang diagungkan? Apa komentar para ulama ahlus sunnah tentagnya? Inilah yang akan kami coba ulas dalam tulisan sederhana ini[4].


Sekilas Penyusun “Burdah”/Sholawat Nariyah
Penyusun “Burdah” adalah al-Bushiri yang bernama lengkap: Muhammad bin Sa’id al-Bushiri nisbat kepada kampung halamannya yang bernama Abu Shir di Mesir, lahir tahun 608 H, menyibukkan diri dengan ajaran Tasawwuf, mulai mencoba menulis walaupun dengan modal yang sangat minim dalam bidang ini, bisa dilihat dari biografi dan say’ir-sya’irnya orang ini minim ilmu dan juga bukan termasuk seorang yang banyak ibadah dan shalih, tidak disukai oleh orang-orang disekitarnya karena lisannya yang kasar, sangat fanatik terhadap tarekat syadziliyah, diapun membuat say’ir-sya’ir yang berisi pujian dan anjuran berpegang teguh dengan ajaran-ajaran tarekat ini, dia juga memiliki sya’ir-sya’ir yang berisi keluh kesahnya terhadap kondisi istrinya yang tidak bisa memuaskan nafsu syahwatnya[5].



Nama-nama Lain “Burdah”/Sholawat Nariyah
Di antara nama lain dari Burdah ini adalah “al-Kawakib ad-Durriyah fi Madhi Khairil Bariyah[6], al-Bur’ah (Kesembuhan) karena menurut al-Bushiri dia sembuh dari penyakit kronis yang menimpanya karena berkah sholawat nariyah yang dia susun, as-Syada’id (Musibah-musibah) karena menurut para pengagum kitab Burdah ini, membaca kitab ini bisa menghilangkan musibah dan petaka[7].
Muhammad Sayyid Kilani mengatkan sembari menjelaskan tentang kebatilan-kebatilan yang ada dalam kitab ini:”Sebagian kaum muslimin tidak hanya membuat kisah-kisah palsu terkait kitab Burdah ini, namun mereka juga membuat-buat syarat-syarat khusus bagi yang ingin membacanya di antara: harus dengan berwudhu’, menghadap kiblat, teliti dalam membacanya dengan memperhatikan lafadz dan barisnya, pembaca harus memahami maknanya, dll. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah produk dan ajaran kaum sufi yang ingin mendapat harta dunia dari membaca Burdah ini, (dan benar saja) telah bermunculan sekelompok orang dari mereka yang dikenal dengan para pembaca Burdah yang diundang untuk menghadiri jenazah dan acara-acara hajatan, mereka membaca sholawat nariyah ini dengan upah tertentu”[8].

Pandangan Ulama Terhadapa “Burdah”/Sholawat Nariyah
Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan:

وقد اشتهر في نظم البوصيري, قوله:
يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به........ سواك عند حلول الحادث العمم
وما بعده في الأبيات, التي مضمونها: إخلاص الدعاء, واللياذ والرجاء والاعتماد في أضيق الحالات, وأعظم الاضطرار لغير الله.
فناقضوا الرسول صلى الله عليه وسلم في ارتكاب ما نهى عنه أعظم مناقضة, وشاقوا الله ورسوله أعظم مشاقة.

“Telah masyhur dalam sya’ir al-Bushiri, dia mengatakan:

يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به........ سواك عند حلول الحادث العمم

“Wahai makhluk yang paling mulia, siapa gerangan tempat saya berlindung…………selain dirimu ketika terjadi petaka yang menimpa kami semua
Dan bait-bait sya’ir sejenis setelah bait ini yang inti maknanya adalah mengikhlaskan do’a, meminta perlindungan, (menggantungkan) harapan dan penyandaran pada situasi yang paling genting dan keadaan paling sulit kepada selain Allah.
Maka (dengan ini) mereka menentang Rasulullah dengan melakukan perkara yang beliau larang dengan penentangan yang luar biasa, dan mereka mendurhakai Rasulullah dengan kedurhakaan yang besar”.
Beliau juga mengatakan:

وانظر إلى هذا الإطراء العظيم, الذي تجاوز الحد في الإطراء, الذي نهى عنه صلى الله عليه وسلم بقوله:(( لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم, إنما أنا عبدٌ, فقولوا عبدالله ورسوله)) رواه مالك وغيره, وقد قال تعالى: ((قل لا أقول لكم عندي خزائن الله ولا أعلم الغيب ولا أقول لكن إني ملك)) فانظر إلى هذه المعارضة العظيمة للكتاب والسنة, والمحادة لله ورسوله, وهذا الذي يقوله هذا الشاعر هو الذي في نفوس كثير, خصوصاً ممن يدعي العلم والمعرفة, ورأوا قراءة هذه المنظومة ونحوذلك وتعظيمها من القربات.

“Lihatlah pujian berlebih ini, yang melampaui batas dalam memuji, yang dilarang oleh Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-dengan sabda beliau:

لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم, إنما أنا عبدٌ, فقولوا عبدالله ورسوله

“Janganlah kalian memujiku dengan berlebihan sebagaimana yang dilakukan orang Nasrani kepada Isa bin Maryam, sesungguhnya aku adalah hamba, maka katakanlah hamba Allah dan rasul-Nya”[9].
Allah-ta’ala-berfirman:

قل لا أقول لكم عندي خزائن الله ولا أعلم الغيب ولا أقول لكن إني ملك

“Katakanlah:”Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang gha’ib, dan tidak pula aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah seorang mala’ikat”.(al-An’am:50).
Lihat penolakan yang begitu keras terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah (yang dilakukan oleh mereka para pengagun Burdah), penentangan yang begitu besar terhadap Allah dan Rasul-Nya, ucapan yang dikatakan oleh penya’ir ini (al-Bushiri) digandrungi di hati banyak orang, khususnya mereka yang mengaku diri mereka mempunyai ilmu pengetahuan, dan menurut mereka membaca serta mengagungkan sya’ir ini dan sya’ir yang sejenis merupakan ibadah yang agung”[10].
Syaikh Sulaiman bin Abdullah mengatakan:

ومن بعض أشعار المادحين لسيد المرسلين- صلى الله عليه وسلم- قول البوصيري:
يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به.......... سواك عند حلول الحادث العمم
ولن يضيق رسول الله جاهك بي......... إذا الكريم تجلى باسم منتقم
فإن لي ذمة منه بتسميتي........ محمداً وهو أوفى الخلق بالذمم
إن لم يكن في معادي آخذاً بيدي..... فضلاً وإلا فقل يا زلة القدم
فتأمل ما في هذه الأبيات من الشرك.
منها: أنه نفى أن يكون له ملاذٌ إذا حلت به الحوادث, إلا النبي -صلى الله عليه وسلم-, وليس ذلك إلا لله وحده لا شريك له, فهو الذي ليس للعباد ملاذ إلا هو.
الثاني: أنه دعاه وناداه بالتضرع وإظهار الفاقة والاضطرار إليه, وسأل منه هذه المطالب التي لا تطلب إلا من الله, وذلك هو الشرك في الإلهية.

“Di antara bunyi sya’ir sebagian pemuji Nabi-shallallahu alaihi wasallam-(dengan cara berlebih) adalah apa yang dikatakan oleh al-Bushiri:
“Wahai makhluk yang paling mulia, siapa gerangan tempat saya berlindung…………selain dirimu ketika terjadi petaka yang menimpa kami semua..dan seterusnya.
Renungkanlah bagaimana beratnya kesyirikan yang ada pada bait-bait sya’ir di atas:
Di antaranya (Pertama): si penya’ir menampik adanya tempat berlindung jika terjadi petaka kecuali Nabi-shallallahu alaihi wasallam-, padahal meminta perlindungan ini hanya kepada Allah saja taiada sekutu bagi-Nya, Dialah dzat yang tidak ada tempat berlindung kecuali kepada-Nya.
Kedua: si penya’ir berseru dan berdo’a dengan penuh kerendahan hati, menampakkan kepapaan dan kebutuhan yang mendesak kepadanya, dia meminta permintaan-permintaan ini yang (sebenarnya) tidak boleh diminta kecuali hanya kepada Allah saja. Perbuatan ini termasuk syirik dalam masalah uluhiyah.
Syaikh mengatakan lagi:

وقال البوصيري:
فإن من جودك الدنيا وضرتها........ ومن علومك علم اللوح والقلم
فجعل الدنيا والآخرة من جوده, وجزم بأنه يعلم ما في اللوح المحفوظ..... وكل ذلك كفر صريح...

“Al-Bushiri mengatakan:
Di antara karuniamu (Nabi Muhammad-shallallahu alaihi wasallam-) adalah dunia dan pasangannya (maksudnya akhirat)…..dan di antara ilmumu adalah ilmu lauhul mahfudz dan al-Qalam.
Di sini al-Bushiri menjadikan dunia dan akhirat adalah karunia dari Nabi-shallallahu alaihi wasallam-serta meyakini bahwa Nabi-shallallahu alaihi wasallam-mengetahui ilmu yang berada di lahul mahfudz…ini semua adalah kekufuran yang nyata”[11].
As-Syaukani mengatakan:

وقد وقع في البردة شيء كثير من هذا الجنس, ووقع أيضاً لمن تصدى لمدح نبينا محمد صلى الله عليه وسلم ولمدح الصالحين والأئمة الهادين ما لا يأتي عليه الحصر, ولا يتعلق بالاستكثار منه فائدةٌ فليس المراد إلا التنبيه والتحذير لمن كان له قلب أو ألقى السمع وهو شهيد.

“Pada Burdah/sholawat nariyah ini terdapat banyak sekali hal-hal (penyimpangan-penyimpangan) seperti ini, dan sebagian orang yang melakukan pujian (berlebih) kepada Nabi-shallallahu alaihi wasallam-, orang-orang shalih dan para imam terjatuh dalam hal-hal seperti ini banyak sekali, namun menyebutkan lebih banyak lagi akan hal-hal seprti ini tidak mendatangkan manfaaat, maksud kita hanya memperingati dan memberi nasihat bagi mereka yang mempunyai hati dan menyaksikan”[12].
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Aba Bathin mengatakan:

قوله:
يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به......... سواك عند حلول الحادث العمم
إن لم تكن في معادي آخذاً بيدي........ فضلاً وإلا فقل: يا زلة القدم
فإن من جودك الدنيا وضرتها.......... ومن علومك علم اللوح والقلم
مقتضى هذه الأبيات إثبات علم الغيب للنبي صلى الله عليه وسلم وأن الدنيا والآخرة من جوده وتضمنت الاستغاثة به صلى الله عليه وسلم من أعظم الشدائد ورجاءه لكشفها وهو الأخذ بيده في الآخرة وإنقاذه من عذاب الله, وهذه الأمور من خصائص الربوبية والألوهية التي ادعتها النصارى في المسيح عليه السلام.

“Kandungan makna bai-bait sya’ir di atas adalah penetapan ilmu gha’ib bagi Nabi-shallallahu alaihi wasallam-dan juga bahwasanya dunia dan akhirat termasuk karunianya, juga bait-bait sya’ir ini mengandung permintaan tolong kepada Nabi-shallallahu alaihi wasallam-dari petaka yang paling berat, serta berharap kepadanya untuk menghilangkannya yaitu dengan melerai tangannya di akhirat serta menyelamatkannya dari adzab Allah, ini semua adalah kekhususan Allah yang diberikan juga oleh orang Nasrani kepada Isa bin Maryam (berarti ada kemiripan antara apa yang diucapkan al-Bushiri dengan perilaku orang Nasrani terhadap Nabi Isa-alaihis salam-)”[13].
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan sembari mengomentari bait sya’ir al-Bushiri di atas:

وهذا من أعظم الشرك لأنه جعل الدنيا والآخرة من جود الرسول صلى الله عليه وسلم، ومقتضاهُ أن الله جل ذكره ليس له فيهما شيء

“Ini adalah kesyirikan terbesar, karena dia (al-Bushiri) menjadikan dunia dan akhirat sebagai karunia Rasul-shallallahu alaihi wasallam-, yang konsekwensinya Allah sama sekali tidak mempunyai peran pada keduanya (dunia dan akhirat)”[14].
Syaikh DR.Shalih bin Fauzan al-Fauzan mengatakan:

فهذا غلوٌّ-والعياذ بالله-أفضى إلى الكفر والشِّرْك, حتى لم يترُك لله شيئاً, كلّ شيء جعله للرسول صلى الله غليه وسلم, الدنيا والآخرة للرسول, علم اللوح والقلم للرسول, لا ينقذ من العذاب يوم القيامة إلا الرسول, إذاً ما بقي لله عز وجل؟
وهذا من قصيدةٍ يتناقلونها ويحفظونها ويُنشدونها في الموالد.
وكذلك غيرُها من الأشعار, كلّ هذا سببه الغلوّ في الرّسول صلى الله عليه وسلم.

“Ini adalah ghuluw (berlebihan dalam memuji Nabi-shallallahu alaihi wasallam-)-na’udzu billah-yang bisa menghantarkan kepada kekufuran dan kesyirikan, sampai-sampai dia (al-Bushiri) tidak meninggalkan sesuatupun untuk Allah, semuanya dia jadikan hanya untuk Rasul-shallallahu alaihi wasallam-dunia dan akhirat untuk Rasul, ilmu lauhul mahfudz dan al-Qalam untuk Rasul, tidak ada yang bisa mnyelamatkan dari azdab hari kiamat kecuali Rasul, jadi apa yang tersisa untuk Allah?
Ini adalah qasidah yang popular dari mulut ke mulut, mereka menghafalkannya serta melantunkannya saat peringatan maulid.
Begitu juga bait-bait sya’ir yang lain, semua ini sebabnya adalah ghuluw terhadap Rasul-shallallahu alaihi wasallam-[15].


[1] “Burdah” adalah sejenis kain bergaris yang biasanya diselimutkan (di pundak).(Lihat : al-Mu’jam al-Wasiith hlm.48).
[2] Mandzumah adalah tulisan yang sejatinya berbentuk artikel namun dirubah menjadi dalam bentuk sya’ir.
[3] Al-Mada’ih an-Nabawiyyah hlm.199.
[4] Penamaan sholawat nariyah ini dengan “Burdah” sepertinya adalah mencontek nama qasidah yang dibawakan oleh Ka’ab bin Zuhair di hadapan Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-, lantas Rasulullah memberikan burdah beliau kepada Ka’ab bin Zuhair. Ini jika kita berandai-andai kisah ini benar, karena Ibnu Katsir mengatakan dalam “al-Bidayah wan Nihayah” :4/373:”Telah datang dalam beberapa riwayat bahwa Nabi-shallallahu alaihi wasallam-memberikan burdah beliau kepada Ka’ab bin Zuhair ketika Ka’ab selesai melantunkan bait sya’irnya…hal ini termasuk perkara yang masyhur sekali, namun riwayat ini belum saya temukan dalam kitab-kitab yang masyhur dengan sanad yang membuat saya tenang, Allahu A’lam”.
[5] Lihat biografi al-Bushiri dalam kitab “Diwan al-Bushiri” pada muqaddimahnya hlm.5-44 tahqiq Muhammad Sayyid Kailani.
[6] Muqaddimah pentahqiq “Diwan al-Bushiri” hlm.29.
[7] Sebagian pensyarah kitab “Burdah” mengklaim bahwa setiap bait-bait sya’ir sholawat nariyah ini mempunyai kegunaan masing-masing, ada yang berguna menghilangkan kemiskinan, pelindung dari penyakit kolera dan seterusnya.(Lihat: al-Mada’ih an-Nabawiyah oleh Zaki Mubarak hlm.197).
[8] Muqaddimah “Diwan al-Bushiri” hlm.29,30.
[9] HR.al-Bukhari no.3445, Muslim no.1691
[10] Syarah Kitabut Tauhid : 1/381, 2/693.
[11] Taisiirul Azizil Hamid fi Syarhi Kitabit Tauhid hlm.621
[12] Ad-Durrun Nadhid fi Ikhlasi Kalimatit Tauhid hlm.59,60.
[13] Ar-Radd alal Burdah oleh Syaikh Abdullah Aba Bathin hlm.361
[14] Al-Qaulul Mufid Syarah Kitab at-Tauhid: 1218.
[15] I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhiid: 2/312.

0 Response to "Sholawat Nariyah/Qasidah Burdah di Mata Para Ulama "

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.