Beriman Kepada Malaikat (Bag.1 dari 2)

Iman kepada malaikat merupakan salah satu dari enam rukun iman yang seorang muslim wajib mengimaninya. Wajibnya beriman terhadap malaikat ditunjukkan oleh banyak dalil dari al-Quran dan as-Sunnah, di antaranya firman Allah -subhanahu wa ta’ala- :

ومن يكفر بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر فقد ضل ضلالا بعيدا

“Barangsiapa yang kufur kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-nya dan hari akhir maka ia telah sesat dengan kesesatan yang jauh. (QS.an-Nisa : 136).

Beriman Kepada Malaikat


Begitu pula dalam hadits yang masyhur yaitu hadits Jibril dari riwayat sahabat Umar bin Khattab bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menjawab pertanyaan Jibril saat beliau ditanya tentang iman :

أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada qadar-Nya yang baik maupun buruk. (al-Bukhari no.50, Muslim no.8).

Dan banyak dalil-dalil lainnya dari al-Quran maupun as-Sunnah.

Malaikat Diciptakan dari Cahaya

Malaikat diciptakan dari cahaya sebagaimana dalam riwayat A’isyah -radiallohu anha-, bahwa Rasululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda :

خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Para malaikat itu diciptakan dari cahaya dan bangsa jin itu diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disebutkan kepada kalian (dari tanah). (Muslim : 2996).

Tidak ada dalil shahih yang menyebutkan secara rinci mengenai kapan para malaikat diciptakan oleh Allah, namun yang jelas para malaikat terlebih dahulu ada dari manusia, dengan kata lain keberadaan malaikat mendahului keberadaan manusia, berdasarkan firman Allah -ta’ala- dalam al-Quran:

وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة

Dan ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada malaikat sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di muka bumi...”(QS.al-Baqarah : 30). Pada ayat ini Allah mengabarkan kepada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah (Adam/manusia), ini menunjukkan bahwa malaikatlah yang terlebih dahulu ada baru manusia.

Makhluk yang Agung

Malaikat merupakan makhluk Allah yang agung nan besar, terutama malaikat Allah yang bernama Jibril, Rasulullah -shallallohu alaihi wasallam- bersabda:

رَأَيْتُهُ مُنْهَبِطًا مِنَ السَّمَاءِ سَادًّا عِظَمُ خَلْقِهِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ

“Aku pernah melihat Jibril turun dari langit kebesarannya menutupi antara langit dan bumi.” (HR.Muslim no.177).

Dalam riwayat sahabat Abdullah bin Masud bahwa Nabi -shallallohu alaihi wasallam- pernah melihat Jibril[1] mempunyai 600 sayap.” (HR al-Bukhari no. 4856, Muslim no.174).

Allah berfirman menggambarkan tentang Jibril :

إنه لقول رسول كريم . ذي قوة عند ذي العرش مكين

Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman Allah (yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) yang mempunyai kekuatan yang mempunyai kedudukan di sisi Allah yang mempunyai Arasy. (QS.at-Takwir 19-20).

Malaikat merupakan makhluk Allah yang indah nan tampan, bahkan sudah menjadi hal yang lumrah di tengah-tengah manusia bahwa biasanya untuk mengungkapkan ketampanan yang luar biasa dari seorang manusia biasanya disandingkan atau diumpamakan dengan ketampanan malaikat, seperti pada firman Allah -ta’ala-:

فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

Maka ketika wanita-wanita itu melihatnya (Yusuf -alaihissalam-), mereka kagum terhadap ketampanannya dan mereka melukai tangan mereka seraya mereka mengatakan “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, ini (Yusuf) - alaihissalam-) tak lain kecuali malaikat yang mulia. (QS.Yusuf 31). Dalam al-Qur’an disebutkan:

علمه شديد القوى . ذو مرة فاستوى

Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, dzu mirrah..

Allah mensifati Jibril dengan kalimat dzu mirrah, Qatadah mengatakan tentang makana kalimat ini:

ذو خَلْق طويل حسن

Yang tinggi lagi indah/tampan, Ibnu Abbas mengatakan makna yang senada dengan apa yang dikatakan Qatadah ini (lihat Tafsir Ibnu Katsir : 4/226).

Artikel Lain di Blog Ini:

Kedudukan para malaikat inipun bertingkat-tingkat, yang paling afdhal dari kalangan malaikat itu adalah mereka yang ikut dalam perang Badar, sebagaimana dalam riwayat yang shahih dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Rifa’ah bin Rafi di berkata:

جَاءَ جِبْرِيلُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : مَا تَعُدُّونَ أَهْلَ بَدْرٍ فِيكُمْ قَالَ : مِنْ أَفْضَلِ الْمُسْلِمِينَ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا قَالَ وَكَذَلِكَ مَنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنَ الْمَلائِكَةِ

Pernah datang Jibril kepada Nabi -shallallohu alaihi wasallam- lalu dia berkata : “Bagaimana kedudukan sahabat yang ikut perang Badar di tengah-tengah kalian? Beliau -shallallohu alaihi wasallam- menjawab : “Kaum muslimin yang paling afdhal atau ucapan yang semisal dengan itu.” (Jibril) berkata : “Begitu pula halnya malaikat yang ikut dalam perang Badar.” (HR al-Bukhari no.3992).

Jumlah Malaikat

Malaikat adalah makhluk Allah -ta’ala- dengan jumlah yang begitu banyak, tidak ada yang mengetahui jumlah pastinya secara terperinci kecuali Allah, di antara dalil-dalil shahih yang menunjukkan akan hal ini di antaranya adalah hadits tentang al-Baitul Ma’mur yang berada di langit ke tujuh:

فرفع لي البيت المعمور فسألت جبريل فقال هذا البيت المعمور يصلي فيه كل يوم سبعون ألف ملك إذا خرجوا لم يعودوا إليه آخر ما عليهم

“Maka akupun diangkat ke al-Baitul Makmur, lantas aku bertanya kepada Jibril (tentangnya), Diapun berkata : “Ini adalah al-Baitul Ma’mur, perharinya ada 70 ribu malaikat datang untuk solat padanya, apabila mereka keluar mereka tak akan pernah kembali lagi.” (HR al-Bukhari no.3027).

Riwayat lain yang juga menunjukkan begitu banyaknya jumlah para malaikat adalah hadits shahih yang berbunyi:

يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا

“Pada hari itu (hari kiamat) didatangkanlah neraka Jahannam yang memiliki 70 ribu tali kekang, satu tali kekang ditarik oleh sejumlah 70 ribu malaikat.” (HR Muslim no.2842).

Bersambung ke bagian 2 ....

-------------------------------------------------------------
Footnote :
[1] Nabi -shallallohu alaihi wasallam- pernah melihat Jibril dalam bentuk aslinya sebanyak 2 kali, sebagaimana yang disebut dalam dua ayat ini: 

وَلَقَدْ رَآهُ بِالأُفُقِ الْمُبِينِ 

“Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (at-Takwir : 23) 

Dan dalam ayat yang lain: 

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى عِندَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى 

“Dan sesungguhnya Muhammad melihat Jibril itu pada waktu yang lain. Yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. an-Najm 13-15). Sebagaimana pula dalam Shahih Muslim dari Ummul Mukminin A’isyah -radiallohu anha- bahwa A’isyah bertanya kepada Nabi -shallallohu alaihi wasallam- tentang 2 ayat ini lalu Rasulullah -shallallohu alaihi wasallam- bersabda: 

إنما هو جبريل، لم أره على صورته التي خُلق عليها غير هاتين المرتين. 

رأيته منهبطاً من السماء، سادّاً عِظَمُ خَلْقه ما بين السماء إلى الأرض 

“Itu adalah Jibril, aku tak pernah melihatnya dalam bentuk aslinya selain pada 2 kesempatan itu, aku melihatnya turun dari langit kebesarnnya menutupi antara langit dan bumi.”(HR Muslim no 177).

0 Response to "Beriman Kepada Malaikat (Bag.1 dari 2)"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.