Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah

sejarah panjang
   Tidak diragukan lagi bahwasanya sejarah merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sebuah umat,sejarahlah yang mencerminkan eksistensi,serta menentukan arah dan laju suatu ummat sekarang dan di masa depannya,suatu ummat yang ingin mencapai kejayaan dan kemuliaan tentu harus mempererat hubungannya dengan masa lampaunya,supaya memperoleh kekuatan,dan penopang untuk membangun masa kini,serta memandang jauh kemasa depannya.
   Suatu ummat seperti ummat islam tentu lebih pantas dari pada  ummat yang lainnya,yang demikian karena sejarah emas yang pernah diukir oleh ummat islam tidaklah sebanding dengan sejarah ummat-ummat yang lain,meniti jalan yang yang ditempuh Rasulullah saw dalam semua aspek kehidupan mulai dari cara beragama(baca:manhaj),politik,ekonomi,hubungan antar individu sampai hubungan antar bangsa tentu merupakan sebuah kelaziman Sirah Nabawiyyah bukan hanya untuk dibaca ketika suntuk,tapi lebih dari itu,sirah merupakan jalan untuk kembali kepada Allah di dalamnya ada titian menuju kejayaan dan kemenangan yang demikian karena keterkaitan eratnya Sirah dengan Sunnah Nabi,Allah berfirman:

 لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا
Artinya:
Sungguh,telah ada pada (diri) Raulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah[1].

Begitu juga para sahabat beliau yang begitu banyak mendapat pujian dari Allah dan Rasul-Nya,manusia-manusia yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya,Allah berfirman:

والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه
Artinya:
Dan orang-orang terdahulu yang pertama-tama( masuk islam) diantara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah[2].

merekalah yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud:”manusia terbaik di antara ummat Muhammad,manusia yang paling baik hatinya,yang paling dalam ilmunya,paling sedikit takallufnya,Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya,menegakkan agamanya,maka hendaklah kalian tahu keutamaan mereka,tempuhlah jalan mereka,berpegang teguhlah semaksimal mungkin dengan akhlak serta agama mereka,karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus”[3],lalu datanglah setelah mereka generasi  tabi’in,genersi terbaik setelah para sahabat.
   Namun walaupun demikian sejarah islam yang begitu cemerlang dan gemilang  banyak dinodai dengan munculnya mereka yang membuat riwayat-riwayat yang tidak benar dengan beragam motif dan tujuan,hal inilah yang mengharuskan kita untuk selalu waspada terhadap riwayat yang berisikan cela terhadap generasi terbaik ummat ini.

Bagaimana membaca sejarah?
   Sejarah yang kita baca sebagaimana as-Sunnah datang kepada kita melalui para perawi oleh karena itu semestinya kita  membaca sejarah seperti kita membaca hadits-hadits Rasulullah saw.
Jika kita ingin membaca hadits-hadits Rasulullah saw tentu kita harus mengkalarifikasi riwayat,apakah riwayat ini shahih atau tidak dari Rasulullah?
Dan tidak mungkin kita bisa mengetahui benar atau batilnya riwayat dari Rasulullah saw kecuali dengan meneliti sanad dan matan sebuah riwayat karena para ulama meneliti  hadits serta para perawinya,menjelaskan mana yang shahih dan mana yang dha’if,sehingga bersihlah hadits-hadits itu dari cela yang berada di dalamnya,akan tetapi berbeda dengan sejarah, terkadang kita menemukan riwayat-riwayat sejarah yang tidak mempunyai sanad,dan terkadang kita menemukan sanadnya akan tetapi kita tidak menemukan tarjamah (kisah hidup) para perawi yang ada pada sanad riwayat itu,maka kita harus merujuk kepada kitab-kitab sejarah yang menyebutkan riwayat dengan sanadnya seperti Tarikh ath-Thabari atau dalam kitab-kitab hadits seperti Shahihul Bukhari,Musnad Ahmad,Jaami’ at-Tirmidzi,ataupun kitab-kitab Musannaf seperti Musannaf Ibnu Abi Syaibah atau dalam kitab-kitab tafsir yang menyebutkan riwayat-riwayat sejarah disertai sanadnya seperti Tafsir Ibnu Jarir dan Tafsir Ibnu Katsir atau dalam kitab-kitab khusus yang berbicara tentang kejadian-kejadian pada waktu-waktu tertentu seperti kitab Huruubur Riddah karya al-Kila’i atau kitab singkat Tarikh Khalifah Ibn Khayyaath.
Kalaupun setelah meruju’ ke kitab-kitab induk kita belum menemukan sanadnya maka Ahlussunnah mempunyai pegangan dan qa’idah-jika ada riwayat yang berisi celaan kepada para sahabat-bahwa para sahabat adalah adil walaupun secara perorangan mereka tidak ma’sum.

Tarikh at-Thabari
   Ath-Thabari,Muhammad bin Jarir bin Yazid Abu Ja’far ath-Thabari,seorang ulama’ ahli tafsir,hadits,sejarah,fiqih,dan usul,beliau lahir di Tibristan tahun 224 H dan wafat tahun 310 H.di antara karya-karya beliau:Tarikh al-Umam wa al-Muluuk dan Jaami’ul Bayaan fi Ta’wiil Aayil Qur’an,Imam adz-Dzahabi berkata tentang beliau:beliau adalah orang yang tsiqah,penghafal,imam dalam ilmu Tafsir,Fiqih,Ijma’ dan Ikhtilaf,Sejarah,Qira’aat dan lain-lain,[4].Kitab sejarah beliau merupakan referensi sejarah terpenting selain al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsiir atau Tarikh al-Islam karya adz-Dzahabi dan lain-lain.walaupun demikian kitab beliau tidak sunyi dari riwayat-riwayat yang perlu klarifikasi dan penelitian lebih jauh riwayat-riwayat inilah yang dijadikan alat oleh mereka yang mengedepankan hawa nafsu untuk mencapai tujuan mereka,hal ini juga telah beliau sinyalir sendiri dalam muqaddimah kitab beliau dengan mengatakan:
”hendaknya orang yang mebaca kitab saya ini mengetahui bahwa sandaran saya dalam menyebutkan segala yang saya ketengahkan dalam kitab saya ini dari hal-hal yang harus saya tulis di dalamnya adalah apa yang diriwayatkan kepada saya dari kabar-kabar serta atsar-atsar yang saya sandarkan kepada para perawinya,jika memang di dalam kitab ini ada cerita yang yang kami sebut dari orang-orang terdahulu kemudian diingkari oleh pembacanya atau dicela oleh pendengarnya karena sama sekali jauh dari keshahihan, maka hendaknya dia mengetahui bahwa ini tidaklah datang dari kami,akan tetapi datang dari sebagian para penukilnya sendiri,kami hanya menceritakannya sebagimana kami diceritakan”[5].
seolah-olah beliau berkata kepada pembacanya:”jika anda menemukan sebuah kabar yang anda ingkari dan tidak bisa menerimanya dalam kitab saya ini maka perhatikanlah dari siapa kami meriwayatkannya,maka tanggung jawab berada padanya,kewajiban saya adalah menyebutkan siapa yang menceritakan hal ini kepada saya,jika memang dia tsiqah maka terimalah,jika tidak tsiqah maka jangan anda terima”,dengan demikian Imam At-Thabari telah menunaikan tanggung jawab beliau dengan meyertai setiap riwayat yang beliau ketengahkan dengan sanad-sanad yang bisa diteliti oleh para penuntut ilmu.
Sebagai contoh Imam ath-Thabari dalam kitab at-Tarikhnya banyak menukil dari seorang yang bernama Luuth bin Yahya alias Abu Mikhnaf sedangkan perawi ini banyak dikritik oleh para ulama.Ibnu Ma’in berkata tentangnya:tidak ada apa-apanya.Abu Hatim berkata:haditsnya ditinggalkan.Ad-Daaruquthni berkata:dha’if,Adz-Dzahabi berkata:pemberi kabar yang rusak tidak bisa dipercaya[6].

Prihatin
   Seiring dengan minimnya pemahaman agama manusia dewasa ini serta gencarnya kaum kafir merongrong sendi-sendi agama umat islam dengan berbagai cara,bermunculanlah berbagai macam instrumen hiburan,bak jamur di musim hujan mulai dari yang paling lucu sampai yang paling sadis,bocah-bocah kaum muslimin yang nota bene adalah penerus generasi ummat mungkin lebih akrab dengan keperkasaan kartun-kartun di televisi dibanding kedigdayaan Khalid bin Walid serta kegigihan para sahabat menegakkan agama Allah,mereka lebih asyik membaca cerita-cerita fiksi dari pada mendengarkan kisah teladan para Nabi dan Sahabat Rasulullah,hal yang tentunya perlu di perhatikan oleh setiap bapak dan ibu terhadap anak-anak mereka,menanamkan rasa cinta kepada para generasi awal ummat ini.



[1] Al-Ahzab:21
[2] At-Taubah:100.
[3] Jaami’ul Bayan,Ibnu Abdil Barr II/97.
[4] Siar A’laam an-Nubala’ ,XIV/270.
[5] Muqaddimah Tarikh ath-Thabari hlm.5.
[6] Mizaan al-I’tidaal III/419,Lisanul Miizaan IV/492,Al-Jarh  wa at-Ta’diil VII/182,pembahasan lengkap  lihat:Huqbah min at-Tarikh oleh Utsman bin Muhammad al-Khumais.

0 Response to "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.