Telah kita ketahui bersama, bahwa setiap
anggota badan kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk suatu
tugas khusus, seperti mata diciptakan untuk melihat, telinga untuk mendengar,
dan begitulah seterusnya. Adapun tanda sakit anggota badan adalah apabila dia
itu tidak bisa melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).
Sebagai contoh mudah, mata yang tidak bisa
digunakan untuk melihat dengan jelas maka dia adalah mata yang sakit, telinga
yang tidak bisa digunakan untuk mendengar dengan baik, maka dia adalah telinga
yang sakit.
Demikian pula hati, hati yang sakit mempunyai
tanda-tanda yang menunjukkan bahwa hati itu tidak dapat menjalankan tugas dan
fungsi yang diembannya, di antara tanda-tanda hati yang sakit itu adalah:bahwasanya
hamba itu
sulit untuk merealisasikan tujuan penciptaan dirinya, yaitu
untuk beribadah kepada Allah, mengenal Allah, mencintai-Nya, rindu untuk
bertemu dengan-Nya, kembali kepada-Nya dan memprioritaskan seluruh hal tersebut
daripada seluruh syahwatnya. Akhirnya, hamba yang sakit hatinya lebih
mendahulukan syahwat daripada menaati dan mencintai Allah sebagaimana yang
difirmankan Allah ‘azza wa jalla,
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?" (QS. Al Furqan: 43).
Beberapa ulama salaf menafsirkan ayat ini
dengan mengatakan,
هو الذي كلما هوى شيئا ركبه . فيحيا في هذه
الحياة الدنيا حياة البهائم لا يعرف ربه عز وجل ولا يعبده بأمره ونهيه كما
قال تعالى : ( يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ
وَالنَّارُ مَثْوىً لَهُمْ)(محمد: من الآية12)
“Orang yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
dia yang senantiasa menunggangi dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga kehidupan
yang dijalaninya di dunia ini layaknya kehidupan binatang ternak, tidak
mengenal Rabb-nya ‘azza wa jalla, tidak beribadah kepada-Nya dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, persis seperti firman Allah ta’ala
(yang artinya), ‘Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di
dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat
tinggal mereka’ (QS. Muhammad: 12).”
Diantara tanda hati yang sakit adalah pemiliknya
tidak merasa terluka dan menyesal akibat tindakan-tindakan kemaksiatan,
Hati yang sehat akan merasa sakit dan terluka dengan kemaksiatan, sehingga hal ini
melahirkan taubat dan istigfar kepada Rabb-nya ‘azza wa jalla. Hal ini
sebagaimana firman Allah ta’ala,
إِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا إِذَا
مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوْا فَإِذَاهُمْ مُبْصَرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila
mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu
juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al A’raaf: 201).
Allah berfirman ketika menyebutkan karakter
orang beriman,
وَالَّذِيْنَ
إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُااللهَ
فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا اللهُ وَلَمْ
يُصِرُّوْا عّلَى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS. Ali Imran: 135).
Maksudnya adalah ketika mereka bermaksiat,
mereka mengingat Allah ‘azza wa jalla, ancaman dan siksa yang disediakan
oleh-Nya bagi pelaku kemaksiatan, sehingga hal ini mendorong mereka untuk
beristighfar kepada-Nya.
Penyakit hati justru menyebabkan terjadinya
kontinuitas dan terus-menerus melakukan keburukan seperti yang dikemukakan oleh
al-Hasan ketika menafsirkan firman Allah,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al Muthaffifin: 14).
Beliau mengatakan,
هو الذنب على الذنب حتى يعمى القلب أما سليم
القلب فيتبع السيئة الحسنة والذنب التوبة
“Hal itu (rahn) adalah dosa di atas dosa yang
membutakan hati. Adapun hati yang salim dan sehat justru akan melahirkan
perbuatan yang baik setelah dulunya berbuat buruk, melahirkan taubat setelah
dulunya berbuat dosa.”
Di antara tanda penyakit hati adalah pemiliknya
berpaling dari nutrisi hati yang bermanfaat dan justru beralih kepada racun
yang mematikan, sebagaimana tindakan mayoritas manusia yang
berpaling dari al-Quran yang dinyatakan Allah sebagai obat dan rahmat dalam
firman-Nya,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاَنِ مَا
هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” (QS. Al Isra: 82).
Mereka justru berpaling mendengarkan lagu yang
menumbuhkan kemunafikan dalam hati, menggerakkan syahwat dan mengandung
kekufuran kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada kondisi ini, hamba mendahulukan
kemaksiatan karena kecintaannya kepada sesuatu yang dimurkai oleh Allah dan
rasul-Nya. Dengan demikian, mendahulukan kemaksiatan merupakan buah dari
penyakit hati dan akan menambah akut penyakit tersebut. Sebaliknya, hati yang
sehat justru akan mencintai apa yang dicintai Allah dan rasul-Nya sebagaimana
firman-Nya,
وَلَكِنَّ اللهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ
الْإِيْمَانَ وَزَيَّنَهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ
وَالْعِصْيَانَ
“Tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada
keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan
kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. Al Hujuraat: 7).
Diantara tanda penyakit hati, pemiliknya
condong kepada kehidupan dunia, merasa enjoy dan tenteram dengannya, tidak
merasa bahwa sebenarnya dia adalah pengembara di kehidupan dunia, tidak
mengharapkan kehidupan akhirat dan tidak berusaha mempersiapkan bekal untuk
kehidupannya kelak disana.
Setiap kali hati sembuh dari penyakitnya, dia
akan beranjak untuk condong kepada kehidupan akhirat, sehingga keadaannya
persis seperti apa yang disabdakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Hiduplah di dunia ini seakan-akan engkau orang
asing atau orang yang sekedar menumpang lewat” [HR. Bukhari].
Sungguh sudah menjadi fitrah manusia apabila ia
ditimpa suatu penyakit dia akan berusaha mencari obatnya, mengenai pengobatan
penyakit hati ini,Imam Ibnul Qoyim, dalam
karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 – 17) menjelaskan bahwa ada 3 teori pokok
untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.
Dalam dunia medis,
ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan memberlakukan 3 hal:
Pertama, [حِفْظُ القُوَّة]
menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan menyarankan agar pasien
banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan pikiran, tidak lupa,
sang dokter juga memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan dalam rangka
menjaga kekuatan fisik pasien.
Ibnul Qoyim
menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan
adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan menimba ilmu yang bermanfaat dan
melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat
dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan
ibadah dan ketaatan,karena ilmu dan amal merupakan nutrisi bagi hati manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari,
memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena
hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.
Kedua, [الحِمَايَة عَنِ الـمُؤْذِى] melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru atau
sesuatu yang bisa memperparah sakitnya.
Dalam mengobati
pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien untuk
menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga
berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim, orang yang
sakit hatinya harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam
hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan
dirinya dari segala bentuk penyimpangan dan kesesatan. Karena dosa dan maksiat
adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,
إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي
قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ
قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ
الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Sesungguhnya
seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan dalam
hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan
bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan
ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang
diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, (yang artinya),
‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka.” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai kuat oleh
Syuaib Al-Arnauth).
Ketiga, [اِسْتِفْرَاغُ الـمَوَاد الفَاسِدَة] menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya
Tahapan terakhir,
setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan
memberikan obat untuk menyerang menyembuhkan penyakit itu. Dokter akan
memberinkan antibiotik dengan dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai
dengan penyakit pasien.
Di bagian akhir
keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan bahwa cara untuk menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar, memohon
ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar
kaffarah maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun
siap dengan meminta maaf kepadanya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menggambarkan,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ، كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).
Karena dengan
taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam dirinya.
0 Response to "Bila Dirimu Terkena Penyakit Hati"
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.