Kamus
al-Munjid disusun tahun 1908 M oleh pendeta Kristen Louis Ma’luf al-Yasu’I
(Jesuit) adapun bagian al-A’lam (biografi tokoh-tokoh) disusun oleh seorang
pendeta Kristen lainnya bernama Bernard Tutl al-Yasu’I (Jesuit), lalu dicetak
oleh sebuah percetakan katolik[1].
Kamus
ini laris manis di pasaran, sekolah-sekolah, universitas-universitas bahkan
rumah-rumah kaum muslimin banyak yang mengoleksi kamus ini, maka dilakukanlah
cetak ulang disertai penambahan dengan tetap melibatkan para pendeta-pendeta
Kristen, cetakan ke-23 dari kamus ini tahun 1978 M mencapai 1000 halaman lebih,
walaupun bau tajam racun kristenisasi yang gampang bisa tercium dari kamus ini
tidak banyak kaum muslimin yang mengetahui akan hal ini.
Sejarah
Panjang Kritikan para Ulama Terhadap al-Munjid
1.
Syaikh
Abdullah Kanun-ketua Ikatan Ulama Maroko-menulis beberapa artikel dalam majalah
“Da’watul Haq” mengkritisi 672 pembahasan dalam kamus al-Munjid ini.
2.
Terbit
tiga artikel yang ditulis oleh Ustadz Munir al-Imadi dalam majalah “Majma’ul
Lugah al-Arabiyyah” dan majalah “al-Ma’rifah” Damaskus berisi kritikan terhadap
kamus ini.
3.
Tahun
1389 H Syaikh Sayyid al-Afgani-dekan fakultas bahasa Arab di
Univ.Damaskus-menulis dua buah artikel yang beliau ajukan ke lembaga
penterjemahan, penyususnan dan pendistribusian (kitab) Univ.Damaskus, di
dalamnya beliau menjelaskan kesalahan dan kekeliruan al-Munjid dengan gamblang
dan jelas.
4.
Dalam
majalah “al-Arabi” syaikh Abdus Sattar Farj as-Sayyid menerbitkan dua artikel,
menjelaskan di dalamnya kekeliruan dan distorsi sejarah yang terdapat dalam
al-Munjid serta kesalahan-kesalahan yang terjadi disebabkan penterjemahan yang
salah dan tidak meruju’ kepada referensi-referensi arab yang asli.
5.
Syaikh
Ibrahim al-Qattan dalam kitab beliau “Atsraatul Munjid” (kekeliruan dalam
al-Munjid) melakukan penelitian terhadap kesalahan dan kekeliruan dalam
al-Munjid ini, di antara perkataan beliau: ”Dalam cetakan ke-3 Munjidul A’lam
dan cetakan ke-20 Munjidul Lughah:
آدَمُ:
اَلْإِنْسَانُ الْأوَّلُ وَأَبُو الْجِنْسِي الْبَشَرِيّ, وَعَصَى أَدَمُ وَحَوَّاءُ
أَوَامِرَ اللهِ وَطُرِدَا مِنْ جَنَّةِ الْفِرْدَوْسِ, وَلَكِنَّهُمَا وُعِدَا بِمُخَلِّصٍ
وَهُوَ الْمَسِيْحُ
Adam: Manusia pertama dan bapak seluruh manusia, Adam dan Hawwa
mendurhakai perintah Allah lalu mereka diusir dari surga Firdaus akan tetapi
mereka dijanjikan (akan diselamatkan) oleh juru selamat yaitu al-Masiih (Nabi
Isa).
(Syaikh Ibrahim al-Qattan berkata) ini menurut
keyakinan orang-orang Kristen adapun menurut kaum muslimin maka berbeda,
sebagaimana yang ada dalam al-Qur’an:
((وَقُلْنَا
يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ )) إلى قوله ((فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ
رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ))
“Kami berkata:wahai Adam tinggallah engkau dan
istrimu di surga….” Sampai firman Allah: “Kemudian Adam menerima beberapa
kalimat dari Rabbnya, lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia maha
menerima taubat lagi maha penyayang.”
Dalam keyakinan kaum muslimin dosa itu tidak diwariskan, setiap
orang harus mempertanggung jawabkan amalnya,
وَأَنْ
لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
“Seorang manusia hanya akan mendapatkan apa
yang ia usahakan (sendiri).”
6.
Syaikh
DR.Ibrahim Awad-pengajar di Univ.Ummul Qura KSA dalam kitabnya “an-Naz’ah
an-Nasraniyyah fi Qamus al-Munjid” menyebutkan bukti-bukti jelas akan
tujuan penyusunan kamus ini, yang notabene pembelinya hampir 100% adalah kaum
muslimin akan tetapi isinya adalah penyesatan, pemutarbalikan fakta dan
kristenisasi terselubung.
Kutipan-kutipan
dari al-Munjid[2]
Berikut
ini beberapa kutipan-kutipan ringkas yang membuktikan apa yang kami utarakan di
atas yang diambil dari al-Munjid (lugahwy) cet.28 dan al-Munjid (a’lam) cet.15:
Tidak
terdapat tulisan basmalah di awal kitab sebagaimana kebiasaan kitab-kitab
islami lainnya namun sebaliknya ketika sampai pada kata basmala
( بَسْمَلَ) dalam kamus ini justru kita akan diajarkan
bacaan basmalah menurut mereka (agama nasrani) yaitu “Dengan nama tuhan bapak
tuhan ibu dan ruhul qudus” yang mendahului basmalah Islam.[3]
Kata
al-Qur’an tidak pernah disifati dengan sifat agung semisal
القرآن الكريم
(al-Qur’an yang mulia) القرآن المجيد (al-Qur’an yang agung) namun justru
sebaliknya ketika menyebutkan kitab-kitab suci mereka maka dikatakan الكتاب المقدس
(Kitab yang cuci) atau الأسفار المقدسة (Kitab-kitab suci) dan sejenisnya.[4]
Penyebutan
ayat al-Qur’an sebagian besar tidak teliti dengan terkadang mengurangi atau
menambah satu kata atau memutar balikkan kalimat, misalnya ketika menyebutkan
firman Allah dalam surat al-Baqarah :117
الله
بديع السماوات والأرض...
Hampir
tidak kita temukan hadits-hadits Rasulullah sebagai sywahid lughawiyyah (pembuktian
makna kata/kalimat) padahal seorang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang
ilmu bahasa Arab mengetahui hubungan erat antara ayat-ayat al-Qur’an dan
hadits-hadits Rasulullah dengan bahasa Arab dan makna kalimatnya, namun justru
sebaliknya syawahid lughawiyah kadang diambil dari Injil dan Taurat,
seperti pada hlm.704 bagian 2:
فقال
الله: فليكن نور, فكان نور
Terkadang
juga menyebutkan sebuah statement dan menyatakan bahwa sumbernya adalah
al-Qur’an padahal hal itu bertolak belakang dan bertentangan dengan al-Qur’an
itu sendiri, sebagai contoh ketika penyusun mengatakan bahwa Hawwa-lah yang
menyesatkan dan menggoda nabi Adam sehingga mereka dikeluarkan dari surga,
padahal kenyataannya al-Qur’an berkata lain yaitu syaithanlah yang melakukannya
bukan Hawwa.
فَأَزَلَّهُمَا
الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ
“Lalu keduanya (Adam dan istrinya)
digelincirkan oleh syaithan dari surga itu, lalu mereka dikeluarkan dari
tempatnya terdahulu (surga).”[6]
Sebagai
contoh juga ketika penyusun berbicara tentang salah seorang a’lam
(tokoh) yaitu nabi Ayyub, dikatakan:
رَجُلٌ
مِنْ أَرْضِ أَدُوْم
“Seorang lelaki dari negeri Aduum”, lalu
dikatakan:”Ini disebutkan di dalam Taurat dan al-Qur’an”.[7]
Jelas…!!! kasihan pembaca, ia akan menyangka bahwa pernyataan di atas sesuai
dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an padahal tidak demikian,
Ayyub-alaihis salam- menurut al-Qur’an adalah salah seorang nabi bukan lelaki
biasa, hal yang sama dilakukan ketika penyusun mengomentari nabi Luth juga nabi
Sulaiman cukup dengan mensifat beliau (Nabi Sualaiman) الحكيم
orang yang bijak (tidak menyebutnya sebagai nabi), juga menyebut nabi
Nuh dengan hanya mengatakan:
أَقْدَمُ
رِجَالِ التَّوْرَاةِ
“Termasuk pembela Taurat yang paling
terdahulu”.[8]
Ketika
sampai pada penyebutan Nabi Muhammad-shallallahu alaihi wasallam- cukup dengan
mengatakan:
نبي المسلمين
“Nabinya orang muslim”
Ketika
berbicara tentang sahabat disebutkan:
أصحاب نبي المسلمين
“Sahabat nabinya orang muslim”.
Adapun
ketika berbica tentan hawariyyun maka dikatakan:
رسل السيد المسيح
“Rasulnya as-Syyaid al-Masih (Nabi Isa).”[9]
Ketika
sampai pembicaraan tentang Nabi Dawud-alaihissalam-disebutkan juga tentang
kisah dusta yang di ambil dari Kitab Perjanjian Lama mereka tentang bagaimana
Nabi Dawud membunuh panglima perangnya sendiri )Uuria( demi menikahi istrinya.[10]
Distorsi
Sejarah
Bisa
dikatakan bahwa sebenarnya al-Munjid merupakan kamus/kitab nasrani yang disusun
untuk melariskan nasrani serta mengibuli dan menyesatkan kaum muslimin, di
samping kutipan-kutipan dari kitab-kitab suci mereka sebagaimana contoh-contoh
di atasa al-Munjid juga banyak terjatuh dalam kesalahan-kesalahan historis yang
membuat pembacanya salah dalam menerima informasi sebenarnya, sebagai contoh
sepela, ketika penyusun berbicara tentang al-Masjidul Haram dikatakan bahwa itu
adalah Ka’bah, padahal Ka’bah berbeda dengan Masjidil Haram, Ka’bah adalah
bangunan yang letaknya berada di dalam komplek masjidil haram.[11]
Pada huruf siin (cet.1) ketika menyebutkan tentang Abu Sufyan dikatakan:
أَبُوْ
سُفْيَان بنُ أُمَيَّة اَلْقُرَشِيُّ تَاجِرٌ عَادَى النَّبِيَّ وَحَارَبَهُ فِيْ
بَدْرٍ وَأُحُدٍ, وَقَادَ جَنَاحًا مِنَ الْجَيْشِ الْكَبِيْرِ الَّذِي ذَهَبَ لِحِصَارِ
الْمَدِيْنَةِ فِيْ وَقْعَةِ مُؤْتَةَ ثُمَّ اعْتَزَلَ الْحَرْبَ وَصَالَحَ مُ
حَمَّدًا
فِيْ مُعَاهَدَةِ الْحُدَيِبَّيةِ وَسلَّمَهُ مَكَّةَ
“Abu Sufyan bin Umayyah al-Qurasy, seorang
pedagang, memusuhi Nabi dan memeranginya pada perang Badr dan Uhud, memimpin
sekelompok pasukan besar yang datang untuk mengepung kota Madinah yaitu pada
perang Mu’tah, lalu ia pension dari berperang dan mengikat perjanjian damai
dengan Muhammad pada perjanjian Hudaibiyyah dan menyerahkan Makkah.”
Ada
beberapa distorsi sejarah yang bisa dikoreksi dari pernyataan di atas:
Abu
Sufyan selalu disebut dalam sejarah dikarenakan dia adalah tokoh bahkan ketua
kuffar Quraisy bukan hanya sebagai pedaganga sebagaiamana disebutkan.
Orang
yang sekilas membaca sejarah Islam akan mengetahu bahwa Abu Sufyan tidak ikut
dalam perang Badr, karena dia langsung menuju Makkah bersama para pengikutnya.
Ketika
Abu Sufyan datang ke Madinah untuk mengepungnya, dialah panglima umum pasukan,
tapi bukan perang Mu’tah tapi perang Khandaq atau perang al-Ahzab, adapun
perang Mu’tah terjadi pada tahun ke-8 antara tentara Islam dan Romawi.
Abu
Sufyan tidak pensiun dari perang, akan tetapi terus memusuhi Nabi sampai
terjadi penaklukan kota Makkah.
Pada
saat perjanjian Hudaibiyah tidak disebutkan Abu Sufyan, perjanjian terjadi
antara utusan kuffar Quraisy yaitu Suhail bin Amr dengan Rasulullah.
[1]
Lihat kata “al-Munjid” di bagian al-A’lam 3/548, lihat pula kata pengantar
cet.17
[2]
Mulai dari judul ini kami kutip dari kitab an-Naz’ah an-Nasraniyyah” oleh
DR.Ibrahim dan dari sumber lainnya.
[3]
Halaman 38 bagian 3
[4]
1/169
[5]
3/132
[6]
Al-Baqarah:36, lihat juga al-A’raf 19-22, Thaha 118-121
[7]
1/97
[8]
3/497
[9]
2/259
[10]
2/240
[11]
1/129
2 Responses to "Ada "Bau" Kristenisasi di Kamus al-Munjid"
Saya seorang pelajar bahasa Arab dan memiliki kamus ini. apa yang anda tuliskan di atas tidak semuanya benar.
Kamus al Munjid sudah direvisi berulang kali. Dalam cetakannya yang baru, sudah tercantum kalimat salawat setelah penyebutan nama Rasulullah. Mohon diperiksa kembali.. Syukron
@Bin Misirani, Syukran atas tanbihnya, jika memang sudah direvisi dan catatan-catatn yang kami sebutkan sudah tidak lagi, maka alhamdulillah, walaupun demikian banyak yang masih memakai cetakan-cetakan lama yang memuat catatan-catatan yang kami sebutkan dipembahasan ini masih dimuat. wallohu a'lam
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.