1.
Ibnul
Qayyim-rahimahullah-berkata dalam “al-Fawa’id” hlm.1/52:
الْعَمَلُ
بِغَيْرِ إِخْلاَصٍ وَلاَ اقْتِدَاءٍ كَالْمُسَافِرِ يَمْلَأُ جِرَابَهُ رَمْلاً
يُثْقِلُهُ وَلاَ يَنْفَعُهُ.
“Amal ibadah tanpa dibarengi dengan
ikhlas dan iqtida’(mutaba’ah/ittiba’) laksana
seorang musafir yang mengisi penuh kantung perbekalannya dengan pasir, justru memberatkannya dan tidak berfa’idah baginya”.
seorang musafir yang mengisi penuh kantung perbekalannya dengan pasir, justru memberatkannya dan tidak berfa’idah baginya”.
2.
Syikhul
Islam Ibnu Taimiyah-rahimahullah-berkata dalam ”Jawabul I’tiradhat
al-Misriyyah” hlm.172:
العالم يعرف الجاهل لأنّه كان جاهلا, والجاهل لا يعرف
العالم لأنّه ما كان عالما.
“Orang yang alim mengetahui mana orang yang bodoh
(tidak berilmu) karena dahulu dia pernah jadi orang bodoh (tidak berilmu),
namun orang yang bodoh tidak mampu mengenali orang yang alim karena dia belum pernah
menjadi orang alim”.
3. Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di berkata dalam “Taisiir
al-Karimir Rahman” hlm.1/10:
كثيرًا
ما يجمع اللهُ تعالى بين الصلاة والزَّكاة في القرآن, لأنَّ الصلاة متضمِّنة
الإخلاص للمعبود, والزكاة والنفقة متضمِّنة الإحسان إلى عبيده, فعنوان سعادة العبد
إخلاصه للمعبود, وسعيه في نفع الخلق, كما أنَّ عنوان شقاوة العبد عدم هذين الأمرين
منه، فلا إخلاص ولا إحسان.
“Sering sekali Allah menggandengkan
(menggabungkan) antara shalat dan zakat dalam al-Qur’an, karena ibadah shalat
mengandung makna pengikhlasan ibadah hanya kepada Allah Dzat yang berhak
disembah, sedangkan zakat dan shadaqah mengandung makna ihsan (berbuat baik)
kepada para hamba-Nya, maka tanda kebahagiaan seorang hamba adalah pengikhlasan
ibadah kepada Allah dan selalu berusaha memberikan hal yang bermanfa’at kepada
makhluk, sebaliknya tanda celakanya seorang hamba adalah ketiadaan dua perkara
ini pada dirinya, tiada ikhlash dan tiada pula ihsan (berbuat baik
kepada sesama)”.
4.
Ibnul
Qayyim-rahimahullah-berkata dalam “al-Fawa’id” 1/58:
أصول
الخطايا كلُّها ثلاث: الكِبر وهو الذي أصار إبليسَ إلى ما أصاره, والحرص وهو الذي
أخرج آدم من الجنَّة, والحسد وهو الذي جرّأ أحد ابني آدم على أخيه, فمن وُقِيَ
شرَّ هذه الثلاث فقد وقي الشرَّ، فالكفر من الكبر, والمعاصي من الحرص, والبغي
والظلم من الحسد.
“Sumber utama seluruh dosa ada tiga:
Kesombongan, dial ah yang menjerumuskan Iblis. Tamak, dialah yang menyebabkan
Adam dikeluarkan dari surga. Hasad (dengki), dialah yang salah yang menyebabkan
salah seorang anak adam (membunuh) saudaranya. Maka barangsiapa yang terlindung
dari tiga hal ini maka sungguh dia telah terlindung dari semua kejelekan,
lihatlah, kekufuran (pada hakikatnya) dari rasa sombong, maksiat dari ketamakan
dan penindasan dan kezaliman dari sifat hasad (dengki)”.
5.
Rasulullah-shallallahu
alaihi wasallam-bersabda:
التأني
من الله والعجلة من الشيطان...
“Ketenangan itu dari Allah sedangkan terburu-buru itu dari
syaithan…(Shahih at-Targhiib no.1572).
6.
Sering
kita temukan ucapan seseorang kepada orang yang memberinya fa’idah
لاَ
فُضَّ فُوْكَ )
( , lalu apa
makna kalimat ini?
Maknanya
semoga gigimu tidak jatuh/pecah, az-Zabidi dalam “Taajul Aruus” berkata:
لاَ
فُضَّ فُوْهُ أَيْ لاَ كُسِرَ ثَغْرُهُ
Makna
لاَ فُضَّ فُوْهُ yaitu “semoga giginya tidak pecah”. Kalimat ini dikatakan kepada
seorang yang berbicara dengan pembicaraan penuh fa’idah dan manfa’at.
0 Response to "Untaian Mutiara Fa'idah (Bag.II)"
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.