Dahulu Tidak Berpuasa Tanpa Uzur, Wajibkah Meng-qada'?

Dahulu Tidak Berpuasa Tanpa Uzur
Sebuah pertanyaan pernah diajukan kepada Syaikh al-Utsaimin -rahimahullah-:


إنسان لا يصلي ولا يصوم، وتاب فهل يقضي ما ترك؟
الإجابة:
ما مضى من الطاعات التي تركها من صيام, وصلاة, وزكاة وغيرها لا يلزمه قضاؤها, لأن التوبة تجب ما قبله,  فإذا تاب إلى الله وأناب إليه وعمل عملاً صالحاً فإن ذلك يكفيه عن إعادة هذه الأعمال, وهذا أمر ينبغي أن نعرفه وهو أن القاعدة " أن العبادة المؤقتة بوقت إذا أخرجها الإنسان عن وقتها بلا عذر فإنها لا تنفع ولا تجزيء" مثل الصلاة, والصيام لو تعمد الإنسان أن لا يصلي حتى خرج الوقت, فجاء يسأل هل يجب علي القضاء؟ قلنا له: لا يجب عليك, لأنك لن تنتفع به لأنه مردود عليك, ولو أن أحد أفطر يوماً من رمضان وجاء يسألنا هل يجب علي قضاؤه؟ قلنا له: لا يجب عليك القضاء، لأن النبي- صلى الله عليه وسلم- يقول: " من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد" والإنسان إذا أخّر العبادة المؤقتة عن وقتها ثم أتى بها بعد الوقت فقد عمل عملاً ليس عليه أمر النبي صلى الله عليه وسلم فتكون باطلة ولا تنفعه.
ولكن قد يقول قائل: إذا كان الشارع أمر بالقضاء عند العذر كالنوم, فمع عدم العذر من باب أولى.
فنقول في الجواب: الإنسان المعذور يكون وقت العبادة في حقه إذا زال عذره, فهو لا يؤخر العبادة عن وقتها, ولهذا قال النبي عليه الصلاة والسلام في الصلاة إذا نسيها: فليصلها إذا ذكرها. أما من تعمد ترك العبادة حتى خرج وقتها فقد أداها في غير وقتها المحدد فلا تقبل منه.

  
“Ada seseorang yang dahulunya tidak shalat dan tidak pula puasa, lalu dia bertaubat, maka apakah dia wajib meng-qada’ (shalat dan puasa) yang dahulu dia tinggalkan itu?
Jawaban:
“Apa yang telah lewat berupa ketaatan-ketaatan seperti puasa, shalat, zakat dan lain sebaginya tidak wajib dia qada’, karena taubat menghapus (dosa) yang dilakukan sebelumnya, maka jika seseorang itu taubat dan kembali kepada Allah  lalu dia melakukan amal-amal shalih, maka itu cukup baginya dan tidak perlu mengulang amal-amal (yang dia tinggalkan itu), ada sesuatu yang harus kita ketahui yaitu sebuah qa’idah: “ Bahwasanya ibadah yang waktunya terbatas apabila dilakukan di luar waktunya tanpa ada uzur, maka ibadah itu sia-sia dan tidak sah” seperti shalat dan puasa, jika seseorang dengan sengaja meninggalkan shalat sampai waktunya habis, lalu dia datang dan bertanya, apakah wajib meng-qada’nya? Maka kita menjawab: Tidak wajib meng-qada’ dan tidak bermanfaat serta tertolak. Seandainya ada seseorang yang suatu hari berbuka/ tidak puasa di bulan Ramadhan (tanpa uzur), lantas dia datang dan bertanya: apakah wajib kami meng-qada’ puasa kami? Maka kita menjawab: Tidak wajib, karena Nabi-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami, maka amalnya tertolak.”
Dan seseorang yang mengakhirkan ibadah yang terbatas waktunya (sampai waktunya habis), lalu dia mengerjakannya setelah waktunya habis, maka dia telah mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari Nabi-shallallahu alaihi wasallam-dan ibadah itu menjadi batal dan tidak bermanfaat.
Mungkin ada orang yang menyanggah dengan berkata:”Kita lihat Allah membolehkan qada’ bagi mereka yang uzur seperti orang yang ketiduran, maka yang tidak uzur lebih berhak untuk boleh meng-qada’?
Maka kita menjawabnya: Orang yang punya uzur waktu ibadahnya adalah apabila uzurnya itu telah hilang, jadi sebenarnya dia tidak menunda ibadah sampai habis waktunya, oleh karena itu Nabi-shallallahu alaihi wasallam-bersabda terkait seseorang yang lupa shalat: Hendaknya dia shalat jika dia telah ingat. Adapun orang yang sengaja meninggalkan suatu ibadah sampai waktunya habis, (lalu dia mengerjakannya) maka dia telah mengerjakannya di luar waktu yang telah ditentukan dan tidak akan diterima.”(Fatawa wa Rasa’il Syaikh al-Utsaimin jilid ke-12).
Jadi seseorang yang telah baligh dengan munculnya salah satu tanda, yaitu telah berumur 15 tahun ke atas atau telah tumbuh bulu kemaluan atau keluar mani baik dalam keadaan tidur maupun jaga atau telah haidh bagi perempuan[1], maka dia telah berkewajiban menjalankan seluruh amal ibadah yang wajib dilakukan oleh orang yang telah baligh termasuk puasa di bulan Ramadhan, jika dia meninggalkannya dengan sengaja tanpa uzur maka itu termasuk dosa besar yang amat berat, namun jika suatu saat nanti dia bertaubat dan menyadari kesalahannya, yang seharusnya ia lakukan adalah bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya serta memperbanyak amal shalih yang bisa menghapus dosa akibat amalan jelek, Allah berfirman:

إن الحسنات يذهبن السيئات

“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghapuskan kejelekan-kejelekan.”(Hud:114).

Memperbanyak amal shalih yang sejenis dengan yang ia tinggalkan seperti memperbanyak puasa-puasa sunnah dalam hal ini, namun dengan ini bukan berarti kita meremehkan dosa, dengan hanya mencukupkan taubat bagi mereka yang meninggalkan kewajibannya, karena setiap orang harus kuwatir mati dalam keadaan meninggalkan kewajibannya kepada Allah sebelum dia sempat bertaubat.Allahu a’lam.


[1] Lihat as-Syarh al-Mumti’ oleh Syaikh al-Utsaimin : 4/224.

0 Response to "Dahulu Tidak Berpuasa Tanpa Uzur, Wajibkah Meng-qada'?"

Posting Komentar

Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.