Shahih
al-Bukhari
Shahih al-Bukhari, kitab yang paling shahih setelah
al-Qur’an, apabila disebutkan tentang sebuah hadits:"diriwayatkan oleh
al-Bukhari", maka tidak berlebih jika kita katakan semua orang akan tunduk dan
tanpa banyak tanya lagi dia akan lansung menerimanya, tapi apa gerangan yang
menjadi sebab langsung disusunnya kitab yang agung ini oleh Imam al-Bukhari ?
Satu buah kalimat dalam sebuah majlis yang didengar oleh Imam
al-Bukhari yang membuat hatinya terbetik untuk menyusun kitab yang mengangkat
derajat beliau begitu tinggi, diceritakan bahwasanya Imam Bukhari suatu hari
hadir di majlis ilmu gurunya Ishaq bin Rahawaih, lalu gurunya Ishaq
berkata:”(Sungguh sangat bagus) seandainya ada di antara kalian yang
mengumpulkan hadits-hadits shahih dalam satu kitab”. Maka kalimat ini menancap
dalam hati Imam al-Bukhari, kemudian mulailah beliau menyusun kitab shahih
beliau yang kelak menjadi kitab paling shahih setelah al-Qur’an[1].
Imam az-Dzahaby
Sebab langsung yang menyebabkan beliau serius menuntut ilmu
terutama ilmu hadits apa yang beliau ceritakan sendiri, yaitu sebuah kalimat
yang diucapkan oleh Imam al-Barzaly ketika melihat tulisan tangan Imam
az-Dzahaby:”Tulisan tanganmu mirip dengan tulisan para ahli hadits”, Imam
az-Dzahaby lantas berkata:” Dengan sebab (ucapan al-Barzaly ini) Allah membuat
saya senang belajar ilmu hadits”[2].
Lihat bagaimana pengaruh satu
kalimat saja yang keluar dari al-Barzaly menimbulkan sebuah akibat yang begitu
besar pada diri az-Dzahaby, dan siapa sangka hal itu terbukti, Imam az-Dzahaby
menjadi salah seorang ulama hadits besar yang nama besarnya tetap sampai
sekarang.
Shilah bin Asyam
Muhammad bin Nasr dalam kitabnya
“Mukhtashar Qiyamul Lail” menceritakan tentang Shilah bin Asyam:” Shilah sering
keluar menuju al-Jaban untuk beribadah, dia sering lewat di depan sekelompok
pemuda yang sedang nongkrong-nongkrong
dan bermain-main, lalu suatu hari Shilah berkata kepada mereka:” Bisakah
kalian beritahu saya tentang sekelompok kaum yang melakukan perjalanan jauh,
pada siang harinya mereka hanya santai-santai sedangkan pada malam harinya
tertidur lepas, kira-kira kapan mereka akan sampai ke tujuan? Beberapa kali
Shilah mengulang perkataan yang sama setiap kali dia lewat di depan mereka,
lantas seperti biasa suatu hari Shilah lewat di depan mereka dan mengucapkan
lagi pertanyaan yang sama, lalu salah seorang dari pemuda itu bangkit lalu
berkata:” Wahai teman-teman….!!! Tidak ada yang dimaksud oleh orang itu selain
kita, pada siang hari kita poya-poya lalu di malam harinya tertidur lepas,
kemudian pemuda ini mengikuti Shilah pergi ke al-Jaban ikut beribadah bersama
Shilah sampai dia meninggal”[3].
Catatan:
Cerita-cerita ini menunjukkan
bahwa seorang muslim tidak boleh berputus asa, terutama ketika berdakwah, bisa
jadi yang anda sampaikan hanya sekedar satu atau dua kalimat sederhana namun di
hati orang yang mendengarnya begitu berharga dan bermakna.
0 Response to "Jangan Remehkan Walau Hanya Satu Kalimat...!!!"
Posting Komentar
Pertanyaan dan komentar, akan kami balas secepatnya-insyaallah-.